Daerahartikulasi (pasif & aktif):1. Bawah ujung lidah. Artikulasi adalah perubahan rongga dan ruang dalam saluran suara untuk menghasilkan bunyi bahasa demi kata yang baik, benar dan jelas. Area artikulasi terbentang dari bibir luar sampai pita suara, di mana fonem-fonem terbentuk berdasarkan getaran pita suara disertai perubahan posisi lidah apa manfaat perencanaan produksi usaha pembenihan ikan hias. MELAFALKAN KATA DENGAN ARTIKULASI YANG TEPAT A. Bunyi dan Alat Ucap Manusia Artikulasi dapat diartikan dengan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ilmu yang mempelajari alat ucap manusia dan tata bunyi yang dihasilkannya disebut fonologi. Alat ucap manusia menghasilkan lambang lambang bunyi yang bermacam-macam. Setiap bunyi yang dihasilkannya memiliki ciri tersendiri yang dapat dijelaskan proses pengucapannya. Setiap lambang bunyi tersebut disimbolkan dengan bentuk huruf dalam bahasa tulis dan fonem untuk bahasa lisan. Lambang-lambang bunyi tersebut dapat dihasilkan oleh adanya arus ujaran yang masuk ke rongga mulut dan memengaruhi pergerakan pita suara serta getaran di sekitarnya yang kemudian menimbulkan efek-efek bunyi. Jika arus yang keluar tidak mendapatkan hambatan atau rintangan, akan menimbulkan bunyian yang dikelompokkan menjadi kelompok vokal, yaitu a, i, u, e, o berjumlah lima huruf, tetapi diucapkan dengan enam fonem /a/, /i/, /u/, /e/,/o/. Bentuk ucapan e ada yang lemah /ə/ dan e lebar atau //, bentuk gabungannya disebut dengan diftong. Diftong adalah gabungan dua vokal yang menimbulkan bunyi luncuran lain. Contoh diftong ialah au, ai, oi yang dibaca aw, ay, oy. Contoh kalimat 1. Harimau harimaw itu berhasil ditangkap penduduk. 2. Mereka bermain voli pantai. pantay 3. Para buruh memboikot memboykot pertemuan itu. Proses bunyi ujar yang dihasilkan oleh karena arus ujaran yang keluar mendapat hambatan disebut konsonan. Proses itu terdiri atas hal-hal berikut. 1. Bilabial, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua bibir; seperti b, p, m. 2. Laringal, bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak lebar. Contoh h. 3. Velar, apabila bunyi ujar yang dihasilkan oleh lidah bagian belakang artikulator dan langit-langit lembut titik artikulasi, seperti k, g, ng, kh, q. 4. Labio dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas titik artikulasi dengan bibir bawah artikulator; seperti f, v, w. 5. Alpico interdental/dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan oleh ujung lidah artikulator dengan daerah lengkung gigi titik artikulator, seperti t, d, n. 6. Spiral, bila bunyi ujar yang dihasilkan dari udara yang keluar dari paru-paru yang mendapat halangan getaran lidah. Contoh s, z, sy. 7. Uvular, bila bunyi getar lain yang dihasilkan oleh anak tekak sebagai artikulator dengan lidah bagian belakang sebagai titik artikulasinya. Contoh r – tidak jelas. 8. Apikal, bila bunyi getar yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke langit-langit lembut atau lengkung kaki gigi dengan sistem getar menimbulkan bunyi ujar. Contoh r – jelas. Di samping bentuk gabungan vokal yang menimbulkan bunyi luncuran, pada konsonan terdapat bunyi atau fonem yang memiliki bentuk pengucapan yang lebih dari satu. Namun, perbedaan pelafalannya tak memengaruhi arti. Misalnya, pada fonem /p/ pada kata panen merupakan lafal terbuka dan biasanya penempatannya di awal kata, sedangkan lafal tertutup pada kata atap terdapat pada akhir kata ini disebut dengan alofon. Demikian pula pada fonem /b/ akan dibaca [b] jika di awal kata, namun dilafalkan /p/ bila berada di akhir kata. Contoh - [lembab] dilafalkan [lembap>] - [jawab] dilafalkan [jawap>] - [adab] dilafalkan [ adap>] Tapi diucapkan /b/ kembali bila diberi akhiran –an Contoh - [lembap>]  [kelembaban] - [jawap>]  [jawaban] - [adap>]  [peradaban] Gejala pelafalan ini juga terjadi pada fonem /d/ yang dilafalkan /t>/ bila berada di akhir kata, tapi kembali dibaca /d/ jika diberikan akhiran yang ada vokalnya. Misalnya, kata [abad] dibaca [abat>], tapi kembali /d/ pada [abadi]. Yang perlu dicermati sebenarnya adalah bila perbedaan lafal tersebut memengaruhi arti. Dalam bahasa Indonesia, perbedaan ucapan pada satu bentuk kata atau tulisan yang sama, tapi diucapkan berbeda dan menimbulkan arti yang berbeda dikenal dengan bentuk homograf. Contoh - fonem /e/ pada kata apel [apəl] dan fonem /Є/ pada kata apel [apЄl]. Kata [apəl] bermakna jenis buah dan kata [apЄl] bermakna upacara bendera. - seret [ səret ] = berarti tersendat-sendat; tidak lancar - seret [ sЄret ] = berarti menaik suatu benda menyusur tanah - serang [ sЄrang ] = berarti nama tempat / wilayah di Jawa Barat - serang [ sərang ] = berarti penyerbuan atau serbu Pengucapan atau pelafalan harus sesuai dengan bentuk hurufnya. Dalam Ejaan yang Disempurnakan EYD telah diatur bentuk pengucapan atau pelafalan setiap huruf atau abjad dalam bahasa Indonesia lihat lagi pelajaran Bab 1. Dengan demikian, membaca singkatan yang hanya terdiri atas beberapa huruf yang berdiri sendiri, harus tepat artikulasi atau pelafalannya. Begitu juga dengan bentuk akronim serta beberapa kata yang sering diucapkan tak baku. Di bawah ini diperinci pengucapan yang baku dan tidak baku pada sejumlah bentuk singkatan atau akronim termasuk pengucapan singkatan yang berasal dari bahasa asing. Contoh B. Melafalkan Kata Secara Baku dan Membedakannya dari Lafal Daerah Dalam bahasa Indonesia, penulisan secara baku telah diatur dalam Ejaan Yang Disempurnakan EYD. Penggunaan secara lisan yang berkaitan dengan bagaimana sebuah kata diucapkan atau dilafalkan secara benar hanya berpedoman pada pengucapan sesuai dengan huruf yang membentuk kata tersebut. Kata di dalam bahasa Indonesia selain berasal dari bahasa Melayu, banyak juga yang berasal dari bahasa daerah. Kata-kata yang berasal dari bahasa daerah tentunya telah diadaptasi menjadi kata baku bahasa Indonesia. Kata yang telah baku harus diucapkan berdasarkan lafal bakunya. Ukuran ucapan baku dilihat dari pelafalan bunyi terhadap fonem pembentuk katanya dan tidak terpengaruh oleh unsur bahasa daerah, meskipun ucapan itu sering dan lazim diucapkan terutama dalam situasi nonformal. Contoh lafal baku dan tidak baku yang terpengaruh bahasa daerah atau logat tertentu. B. Pelafalan Kata Serapan Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang di Indonesiakan. Proses penyerapannya terjadi karena proses adaptasi dan asimilasi. Proses asimilasi ialah bila sebuah kata asing diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan perubahan sesuai pengucapan dan bentuk penulisan Indonesianya. Contoh - contingent → kontingen dilafalkan kontingen - directur → direktur dilafalkan direktur - effective → efektif dilafalkan efektif - trotoir → trotoar dilafalkan trotoar - survey → survai dilafalkan surfey - carier → karier dilafalkan karir - percentage → persentase dilafalkan persentase bukan prosentase - complex → kompleks dilafalkan kompleks Pelafalan yang benar ialah pelafalan yang mengikuti kata serapan bahasa Indonesia bukan bentuk asingnya Dalam percakapan atau dialog, pengucapan harus jelas dan tepat agar pendengar dapat merespons dengan baik perkataan yang diucapkan. Artinya, ucapan selain harus dengan intonasi yang tepat juga harus dengan lafal atau artikulasi yang jelas. Pengucapan dengan artikulasi yang tepat atau jelas terutama pada kata-kata yang bunyinya hampir sama jika diucapkan. Bila tidak diucapkan dengan tepat dan jelas, dapat terjadi salah pengertian atau salah paham. - Artikulasi sangat penting ketika kita berbicara atau menyanyi. Karena artikulasi memengaruhi kejelasan kata yang diucapkan. Umumnya, artikulasi akan dikatakan baik jika susunan kata dan kalimat yang dilafalkan terdengar jelas dan jernih, meski diucapkan sangat itu artikulasi? Pengertian artikulasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, artikulasi merupakan lafal atau pengucapan kata. Artikulasi adalah perubahan rongga dan ruang dalam saluran suara untuk menghasilkan bunyi bahasa. Sederhananya, artikulasi adalah cara kita berbicara atau melafalkan kata dan dari buku The Power of Public Speaking 2010 karya Charles Bonar Sirait, artikulasi merupakan kemampuan mengombinasikan lafal atau pengucapan kata. Dengan memperhatikan artikulasi, pengucapan dan pelafalan kata akan lebih mudah dimengerti orang lain. Baca juga Teknik Mengolah Tubuh, Pikiran, dan Suara dalam Teater Cara melatih artikulasi Dilansir dari buku Cara Cepat Membaca Bahasa Tubuh 2 2015 oleh Joe Navarro, artikulasi bisa dilatih dengan memusatkan perhatian pada penyampaian kata-kata. Untuk melatih artikulasi, seseorang perlu menyampaikan kata-kata dan mendengarkannya sendiri. Kemudian dievaluasi dan ditentukan apakah pemilihan serta pengucapan katanya sudah tepat atau belum. Menurut Okky Wulandari, dkk dalam jurnal Kemampuan Bermain Drama Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Jambi 2015, berikut beberapa cara melatih artikulasi

melafalkan kata dengan artikulasi yang tepat