AL-QUR'AN menjawab : apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : " kami telah beriman ", sedang mereka tidak diuji lagi ? ( Al-Ankabuut : 2 )-Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya ALLAH mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta . Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" 3. "Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." Beliaumengawali dengan mengutip ayat Allah, dalam Al Ankabut ayat 2-3, yang artinya: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Apakahmanusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." - Surah Al-Ankabut ayat 2-3 -. Kenapa aku Terkadangseseorang diuji dengan penyakit dan musibah padahal ia seorang yang mulia di sisi-Nya seperti para nabi, rasul dan orang shalih. Musibah yang menimpa mereka tidak lain adalah untuk mengangkat kedudukan mereka dan dibesarkannya pahala serta sebagai contoh kesabaran bagi orang yang datang setelah mereka. apa manfaat perencanaan produksi usaha pembenihan ikan hias. UJIAN itu sudah pasti bagi setiap manusia di atas muka bumi ini. Cuma yang berbeza jenis dan kadar ujian itu kecil atau besar bersesuaian dengan penerimanya. Ada yang diuji dengan kesusahan hidup, ketakutan musuh, hilang harta, mati, sakit dan ‎وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ Maksudnya “Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut kepada musuh dan dengan merasai kelaparan, dan dengan berlakunya kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” Surah al-Baqarah 155 Bagi orang yang beriman ujian merupakan syarat kebenaran iman seseorang. Orang lama selalu berkata “ambik kapak belahlah dada” cinta manusia pun ada syarat ujian, apatah lagi cinta kepada Tuhan manusia yang lebih qudus. ‎أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ Maksudnya Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata “Kami telah beriman sedangkan mereka tidak diuji dengan sesuatu cubaan?” Al-Ankabut 2 Hasil daripada ujian itu akan membuktikan akan kebenaran iman seseorang kepada Allah. Jangan ditanya tentang ujian yang datang tapi wajib ditanya kenapa tidak dapat menjawab ujian. Allah berikan hamba-Nya dengan kemampuan menerima ujian di atas iman masing-masing. Allah tidak berlaku zalim kepada hamba-Nya dan Dia tahu bahawa hamba-Nya mampu lulus dengan ujian tersebut. ‎لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ Maksudnya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Al-Baqarah 286 Cuba kita lihat perjalanan orang-orang yang beriman sebelum daripada kita yang telah Allah uji mereka dengan ujian yang sangat berat jika nak dibandingkan dengan kita. ‎وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ Maksudnya Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Al-Ankabut 3 Maka Allah telah menguji orang-orang yg beriman sebelum daripada kita sebagai proses saringan keimanan mereka, lalu kita yang mengaku beriman hari ini juga wajib melalui proses tersebut. Umat Islam tidak boleh rasa lemah dan putus asa tatkala menerima ujian dalam kehidupan. Jauh sekali menyalahkan takdir Ilahi. Yakinlah, setiap ujian itu akan hadir bersamanya hikmah yang besar sekiranya dilalui dengan sabar dan berikhtiar menyelesaikannya. Dari Mush’ab bin Sa’id, seorang tabi’in, dari ayahnya, ia berkata maksud “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya? Baginda SAW bersabda “Para nabi, kemudian yang semisal dengannya. Seseorang akan diuji sesuai dengan keadaan agamanya. Apabila agamanya bergitu kuat kukuh, maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualiti agamanya. Seorang hamba akan sentiasa mendapatkan cubaan sehingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” Hadis Riwayat Tirmizi Kesimpulan Setiap dari manusia akan diuji, itu pasti. Namun, hasil daripada ujian itu adalah yang semakin mendekatkan diri kita kepada Allah atau yang semakin menjauhkan. Itulah yang perlu dilalui bagi melihat sama ada darjat dan keimanan seseorang itu akan bertambah mahupun tidak. USTAZ KAMALULHYSHAMFARHANPresiden Geng Ustaz22 Syawal 1442/3 Jun 2021 – HARAKAHDAILY 3/6/2021 Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA Seringkali kita merasa sudah menjadi orang beriman, karena kita tak pernah ketinggalan sholat berjama’ah di masjid, rajin membaca al Qur’an, gemar bersedekah, sholat dhuha, banyak membantu orang lain, berbuat jujur dan sederet kebajikan lainnya yang sudah dilakukan. Benarkah kita sudah menjadi orang beriman? Pengakuan lisan boleh saja. Namun, Allah Ta’ala yang maha melihat bagaimana sesungguhnya keimanan di hati kita. Allah tidaklah membiarkan begitu saja orang yang mengaku sudah beriman, tapi ia sendiri belum diuji oleh Allah. Harus diperhatikan, ujian yang diberikan Allah Ta’ala kepada setiap hamba-Nya itu sesuai kadar keimanan hamba-Nya. Artinya, ujian itu besar kecilnya menurut takaran standar Allah, bukan standar manusia. Ada orang yang ketika diuji, menurut dia dan orang lain yang melihat ujiannya begitu berat. Namun, dia lupa bahwa Allah Ta’ala tidak pernah membebani ujian diluar batas kemampuan sang hamba itu sendiri, di sinilah letak keadilan dan kemahabesaran Allah pada setiap hamba-Nya.Qs. 2 ayat 286. Jangan mengatakan beriman jika belum Allah uji. Allah Ta’ala berfirman dalam al Qur’an, أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi? “ Qs. Al Ankabuut 2. Maksud dari ayat ini bahwa Allah SWT akan senantiasa memberi ujian kepada hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai kadar keimanan yang selama ini ia miliki. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadis sahih, “Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang saleh. Kemudian disusul oleh orang-orang mulia, lalu oleh orang-orang mulia berikutnya. Seseorang diuji sesuai dengan kadar pengamalan keagamaannya. Bila dalam mengamalkan agamanya ia begitu kuat, maka semakin keras pula cobaannya.” At-Tirmidi dan Ahmad. Surat Al-Ankabuut ayat 2 senada dengan firman Allah di surat Al-Baqarah ayat 214, اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya Kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Dan dalam ayat selanjutnya di surat Al Ankabuut ayat 3 Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Hidup adalah estafet ujian Ayat 3 pada surat Al Ankabut di atas memberi gambaran kepada setiap orang beriman bahwa hidup ini hakikatnya adalah estafet ujian. Selesai Allah Ta’ala memberikan ujian yang satu, maka ujian demi ujian lain sedang menanti seorang hamba-Nya yang mukmin. Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala mengatakan telah menguji orang-orang sebelum mereka. Dari ujian yang diberikan itu Allah akan melihat siapa sebenarnya orang-orang yang benar keimanannya. Allah juga melihat siapa di antara orang-orang yang berimannya sekedar senda-gurau dan penuh tipu muslihat serta kedustaan. Sekali lagi, setiap ujian itu ada takarannya. Takaran itu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing hamba-Nya. Tak perlu harus mengeluh. Apalagi berputus asa. Pertanyaannya adalah sejauh mana kesiapan kita dalam menghadapi ujian tersebut. Kita tidak bisa menebak kapan dan di mana ujian itu datang menghampiri. Namun yang paling penting untuk dilakukan saat ini adalah mempersiapkan diri dengan senantiasa memohon pertolongan pada Allah Ta’ala. Ya, mempersiapkan diri kita terhadap ujian-ujian yang diberikan Allah terhadap kita. Dan tentunya berusaha menikmati’ prosesnya. Manusia seringkali mendefinisikan ujian sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan saja. Mereka lupa, bahwa hal yang menyenangkan pun merupakan sebuah ujian. Kedudukan, harta melimpah, keluarga, pengaruh dan anak yang sehat pun merupakan sebuah ujian. Karena itu, orang beriman yang kuat ketika diuji, lisannya akan mengucapkan innalillah, bukan mengeluh, frustasi, putus asa atau mengucapkan sumpah serapah atas apa yang menimpanya. Ia menyadari bahwa semuanya merupakan ketentuan dari Allah. Kesadaran dan kesabaran untuk menerima datangnya ujian adalah hal yang seharusnya terpatri kuat di setiap hati orang beriman. Laa haula wala quwwata illah billah.A/RS3/P1 Mi’raj News Agency MINA “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Al-Ankabut 2-3Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa rangkaian ayat ke-2 dan ke-3 dalam Al-Ankabut di atas menegaskan bahwa setiap orang yang telah mengikrarkan diri bahwa dia seorang mukmin, maka pasti dia akan diuji oleh Allah Swt dengan beragam bentuk ujian untuk membuktikan keimanannya menambahkan, bahwa ujian adalah sunnatullah yang berlaku pada setiap umat, setiap individu. Maka, tidak ada seorang pun yang terlepas Ali Al-Shabuni, ketika menafsirkan rangkaian ayat ke-3 dari surat al-Ankabut tersebut menyatakan bahwa tujuan hadirnya ujian dan cobaan hidup itu untuk membedakan siapa yang benar-benar beriman penuh kesungguhan dan siapa yang berdusta akan keimanannya antara cara Allah untuk membuktikan keimanan seseorang adalah dengan menghadirkan ujian kepadanya. Ya, ujian adalah salah satu cara untuk megukur kadar keimanan orang yang diuji dengan kesulitan ekonomi. Ada yang diuji dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Ada yang diuji dengan sulitnya mendapatkan jodoh. Dan ada pula yang diuji dengan tidak memiliki beragam ujian tersebut, ada orang yang tetap teguh pada keimanannya. Alih-alih mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, menyesali kondisi yang tengah dialaminya, dia justru menjadi seorang mukmin yang semakin kuat dan tangguh keimanannya. Dia yakin sepenuh hati bahwa beragam ujian yang Allah hadirkan mengandung hikmah serta pelajaran berharga dalam sisi lain, ada orang yang menyikapi segala ujian dan cobaan yang menimpanya dengan mengeluh, meratapi keadaan, mengutuk nasib, bahkan tidak jarang mempertanyakan keadilan Allah. Dia tidak sabar dengan kesulitan ekonomi yang dihadapinya, sedih berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang dicintainya, terus berkeluh kesah dengan sakit yang dideritanya, menyesali sulitnya mendapatkan jodoh, serta menggugat keadilan Allah karena tidak hadirnya keturunan. Dia berburuk sangka kepada Allah. Dia hanya fokus melihat sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak memperhatikan apa yang telah kalau dia mau berpikir jernih, nikmat yang telah Allah berikan kepadanya jauh lebih besar daripada kekurangan’ yang ada padanya. Seandainya dia menghitung nikmat Allah yang sangat besar itu, pasti dia tidak akan bisa menghitungnya. Kalaulah dia mau terus menerus mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, maka pasti Allah akan menambah nikmat-Nya dua kondisi berbeda dalam menyikapi ujian dan cobaan hidup, yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dua kondisi tersebut mencerminkan tingkat keimanan yang tetap teguh istiqamah pada keimanannya, meskipun badai ujian dan cobaan datang silih berganti menghadangnya, akan semakin tinggi kualitas keimanannya. Malaikat akan turun’ membantunya dan memberinya kabar gembira atas usahanya mempertahankan keimanan dalam dirinya.“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan jannah surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Fushshilat 30Sedangkan mereka yang berputus asa atas ujian yang menimpanya, Allah samakan mereka dengan orang-orang kafir yang terputus dari rahmat Allah.“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” Yusuf 87.Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa ada seorang lelaki yang berkata “Wahai Rasulullah, apa itu dosa besar?” Rasulullah saw. menjawab, Syirik kepada Allah, pesimis terhadap karunia Allah, dan berputus asa dari rahmat Allah’.” HR. Al-BazzarDengan sejumlah keterangan tersebut di atas, jelaslah bahwa ujian pasti akan datang dalam beragam bentuk kepada setiap manusia, lebih-lebih kepada mereka yang telah mengikrarkan diri beriman kepada Allah beragam ujian dan cobaan tersebut, dapat diketahui siapa di antara manusia yang paling baik amalnya, yaitu siapa yang paling teguh menjaga keimanannya, dan siapa yang mudah goyah bahkan runtuh bahwa karena engkau telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman, maka engkau pasti akan diuji. Demikian kira-kira pesan al-Qur’an kepada a’lam bi al-shawab….* Ruang Inspirasi, Selasa, 7 September “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Al-Ankabut 2-3Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa rangkaian ayat ke-2 dan ke-3 dalam Al-Ankabut di atas menegaskan bahwa setiap orang yang telah mengikrarkan diri bahwa dia seorang mukmin, maka pasti dia akan diuji oleh Allah Swt dengan beragam bentuk ujian untuk membuktikan keimanannya menambahkan, bahwa ujian adalah sunnatullah yang berlaku pada setiap umat, setiap individu. Maka, tidak ada seorang pun yang terlepas Ali Al-Shabuni, ketika menafsirkan rangkaian ayat ke-3 dari surat al-Ankabut tersebut menyatakan bahwa tujuan hadirnya ujian dan cobaan hidup itu untuk membedakan siapa yang benar-benar beriman penuh kesungguhan dan siapa yang berdusta akan keimanannya antara cara Allah untuk membuktikan keimanan seseorang adalah dengan menghadirkan ujian kepadanya. Ya, ujian adalah salah satu cara untuk megukur kadar keimanan orang yang diuji dengan kesulitan ekonomi. Ada yang diuji dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Ada yang diuji dengan sulitnya mendapatkan jodoh. Dan ada pula yang diuji dengan tidak memiliki ragam bentuk ujian yang Allah hadirkan kepada setiap manusia yang mengatakan dirinya beriman kepada Allah tersebut, merupakan cara untuk mengukur seberapa besar dan seberapa tinggi tingkat beragam ujian tersebut, ada orang yang tetap teguh pada keimanannya. Alih-alih mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, menyesali kondisi yang tengah dialaminya, dia justru menjadi seorang mukmin yang semakin kuat dan tangguh keimanannya. Dia yakin sepenuh hati bahwa beragam ujian yang Allah hadirkan mengandung hikmah serta pelajaran berharga dalam ekonomi yang dialaminya, alih-alih mebuatnya putus asa justru menjadikannya semakin rajin dan giat berusaha dengan terus berdoa kepada Allah untuk diberikan kelapangan rezeki. Kehilangan orang-orang yang dicintainya justru menyadarkannya bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Karena setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia fana ini. Sakit yang dideritanya, semakin meanambah keimanannya. Karena dia juga yakin bahwa dengan sakitnya itu Allah mengajarkan betapa manusia tidak punya daya dan kekuatan apa pun selain kekuatan yang Allah berikan kepadanya. Kesulitan dalam menadapatkan pasangan hidup, menjadikan seorang mukmin sadar bahwa Allahlah yang menentukan segalanya. Dan ketidakhadiran buah hati yang dinanti selama ini menjadikannya semakin kuat beribadah kepada Allah dan menyerahkan semua urusannya kepada-Nya. Dia menyadari bahwa tidak mudah menjaga amanat. Dia berbaik sangka kepada Allah dengan meyakini setulus hati bahwa pasti ada rencana terbaik yang telah Allah siapkan sisi lain, ada orang yang menyikapi segala ujian dan cobaan yang menimpanya dengan mengeluh, meratapi keadaan, mengutuk nasib, bahkan tidak jarang mempertanyakan keadilan Allah. Dia tidak sabar dengan kesulitan ekonomi yang dihadapinya, sedih berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang dicintainya, terus berkeluh kesah dengan sakit yang dideritanya, menyesali sulitnya mendapatkan jodoh, serta menggugat keadilan Allah karena tidak hadirnya keturunan. Dia berburuk sangka kepada Allah. Dia hanya fokus melihat sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak memperhatikan apa yang telah kalau dia mau berpikir jernih, nikmat yang telah Allah berikan kepadanya jauh lebih besar daripada kekurangan’ yang ada padanya. Seandainya dia menghitung nikmat Allah yang sangat besar itu, pasti dia tidak akan bisa menghitungnya. Kalaulah dia mau terus menerus mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, maka pasti Allah akan menambah nikmat-Nya dua kondisi berbeda dalam menyikapi ujian dan cobaan hidup, yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dua kondisi tersebut mencerminkan tingkat keimanan bahwa karena engkau telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman, maka engkau pasti akan diuji. Demikian kira-kira pesan al-Qur’an kepada a’lam bi al-shawab..* Ruang Inspirasi, Selasa, 14 September – Setiap muslim tentu mendambakan surga dengan segala kenikmatannya. Namun, surga yang dijanjikan Allah tidak begitu saja diraih sebelum diuji dengan berbagai cobaan. Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan orang-orang beriman. “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?” QS Al-Ankabut Ayat 2 Pada ayat ini, Allah bertanya kepada manusia yang mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat Syahadat bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa lebih dahulu diuji? Tidak, setiap orang beriman justru harus diuji lebih dahulu, sehingga keimanannya terbukti. Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam-macam. Misalnya, perintah berhijrah meninggalkan kampung halaman demi menyelamatkan iman dan keyakinan, berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, mengerjakan tugas-tugas dalam rangka taat kepada Allah. Selain itu, ujian musibah seperti kehilangan anggota keluarga, kemiskinan, bencana kekeringan, banjir dan sebagainya. Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dan bersabar menghadapinya. Pada ayat lain, Allah berfirman اَمۡ حَسِبۡتُمۡ اَنۡ تَدۡخُلُوا الۡجَـنَّةَ وَ لَمَّا يَاۡتِكُمۡ مَّثَلُ الَّذِيۡنَ خَلَوۡا مِنۡ قَبۡلِكُمۡؕ مَسَّتۡهُمُ الۡبَاۡسَآءُ وَالضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُوۡا حَتّٰى يَقُوۡلَ الرَّسُوۡلُ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَهٗ مَتٰى نَصۡرُ اللّٰهِؕ اَلَاۤ اِنَّ نَصۡرَ اللّٰهِ قَرِيۡبٌ Artinya “Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” QS Al-Baqarah Ayat 214 Dalam tafsir Kemenag dijelaskan, ketika orang-orang mukmin di Madinah menderita kemiskinan karena meninggalkan harta benda mereka di Mekkah dan akibat peperangan yang terjadi, Allah bertanya untuk menguji mereka. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan dan penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” Ayat ini memotivasi orang-orang beriman yang sedang ditimpa kesulitan agar merasa yakin bahwa tidak lama lagi pertolongan Allah akan datang. Untuk mencapai keridhaan Allah dan memperoleh surga tentu harus melalui perjuangan gigih dan penuh cobaan sebagaimana halnya dialami orang-orang terdahulu. Manusia yang Ujiannya Paling Dahsyat Siapa yang bersabar dan lulus dalam menghadapi berbagai ujian di dunia, maka Allah akan memberikan pertolongan-Nya. Allah menegaskan “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” Dalam Hadis Nabi disebutkan manusia paling dahsyat ujiannya. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنِبْيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلٰى حَسًبِ وَفِي رِوَايَةٍ قَدْرِ دِيْنُهُ فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صَلَبًا اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَةٌ اُبْتُلِيُ عَلٰى حَسَبِ دِيْنُهِ فَمَا يَبْرَحُ اْلبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتىٰ يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى اْلأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةُ Artinya “Manusia yang paling dashyat ujiannya adalah para Anbiya’ Nabi dan Rasul kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran dalam suatu riwayat kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi.” HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, Al-Hakim

tidak beriman seseorang sebelum diuji