Menurut , ada sekitar 200 permainan tradisional khas Sunda yang terancam punah. Ngadu Muncang (Ngadu Kemiri) Nah, kalau permainan ini hampir jagonya sesekolah. Saya punya koleksi kemiri lumayan lebih banyak dibandingkan teman-teman. Seringkali saya mengalahkan kemiri punya teman-teman.
PermainanTradisional Ngadu Muncang. Feb 16, 2014 . Sejarah Permainan Tradisional Kasti. Aug 1, 2018 . Permainan Meuen Kom NAD. Sep 16, 2016 . Meu Creek NAD. Terjemahan. Dijual Kamar H-1216, Apartemen Mares 2, Depok, Jawa Barat. Yuk Belanja ke Segari, Pilihan yang Tepat. Tempat Kos di Sekip UGM Yogyakarta.
PermainanTradisional Ngadu Muncang di Indonesia. ukurbumi.blogspot.co.id. Ngadu muncang adalah permainan tradisional Indonesia yang berasal dari Jawa barat. Umumnya permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki, dahulu permainan ini menjadi permainan yang yang favorit dan apabila kamu menang dalam permainan ini kamu pasti akan merasa senang.
Sebuahpermainan tradisional adu ketangkasan antara dua atau empat orang anak perempuan, berumur 7 - 12 tahun biasanya disebut dengan Beklen atau Bekelan. Mereka dapat bermain di ruang tertutup maupun terbuka. Permainan bola beklen atau bekel atau bekles berasal dari Jawa Barat. Alat yang digunakan dalam permainan tradisional ini yaitu :
231 Permainan ngadu muncang atau juga di sebut ngadu kemiri di kenal pada Awal tahun 80-an adu kemiri in i cuma dijumpai dikalangan anak² tanggung usia. Dalam bermain Ngadu Muncang, pertama-tama seorang anak biasanya menyiapkan muncang (Indonesia: Kemiri) andalannya yang telah direndam selama seperempat/setengah jam di dalam air cuka.
apa manfaat perencanaan produksi usaha pembenihan ikan hias. Permainan tradisional di Indonesia ternyata ada banyak sekali dan sangat sayang sekali apabila tidak dilestarikan. Permainan tradisional yang ada di Indonesia sangat menyenangkan dan ada begitu banyak macam. Hal ini tidak mengherankan sebab Indonesia adalah negara kepulauan dengan beragam ras dan budaya. Salah satu hasil dari kebudayaan itu adalah permainan tradisional. Ada banyak sekali permainan tradisional, karena anak-anak zaman dahulu lebih menyukai permainan dengan bantuan alat-alat tradisional dan saat ini sangat sedikit anak-anak yang masih memainkan permainan di bawah ini. Sebagian besar dari anak-anak zaman ini sudah mengenal permainan elektronik yang anak-anak terlalu egois dan individu. Lalu ada apa saja macam macam permainan tradisional di Indonesia? 43 Permainan Tradisional beserta Gambarnya 1. Permainan Tradisional Hompimpa Alaium Gambreng2. Permainan Tradisional Batu, Kertas, Gunting3. Permainan Tradisional Permainan Tradisional Permainan Tradisional Permainan Tradisional Kickboxing, dan Permainan Tradisional Loncat Tali atau Lompat Permainan Tradisional Gogorolongan atau Permainan Tradisional Permainan Tradisional Permainan Tradisional Batok Kelapa Tempurung Kelapa.13. Permainan Tradisional Ngadu Permainan Tradisional Permainan Tradisional Permainan Tradisional Kuda Permainan Tradisional Permainan Tradisional Batu Galah Menendang Bulu atau Sepak Bulu Menendang Bola Rotan’ Sepak Raga Bulatan.22. Petak Tepuk Tarik Pesawat Truth or Ular Naga Bambu Permainan Tradisional Sepak Bola34. Mobil-mobilan dari Kulit Permainan Masak Masakan Cublak-cublak Permainan Tradisional Kotak Sepak ABC 5 Balap Lenggang Bakiak. 43 Permainan Tradisional beserta Gambarnya Berikut ini beberapa jenis permainan tradisional yang ada di Indonesia. 1. Permainan Tradisional Hompimpa Alaium Gambreng Tribunnews Hompimpa alaium gambreng adalah permainan yang dahulu sering sekali dimainkan oleh anak-anak. Permainan tradisional berasal dari bahasa Sangsekerta yang memiliki arti “Dari Tuhan Kembali ke Tuhan, Mari Kita Bermain”. Asal Hompimpa alaium gambreng adalah dari Jawa Tengah. Sebelum memulai permainan biasanya anak-anak melakukan permainan ini untuk memilih siapa yang akan menjadi pemain pertama. Caranya mudah, anak-anak hanya perlu menunjukkan telapak tangan depan atau belakang dan siapa yang jumlahnya paling sedikit di antara mayoritas, maka ialah yang kalah dan harus mengawali permainan. 2. Permainan Tradisional Batu, Kertas, Gunting brilio Permainan tangan ini tidak memerlukan segala jenis alat peraga dan dapat dimainkan di mana saja, di dalam atau di luar ruangan. Batu, kertas, gunting melibatkan dua pemain sekaligus. Para pemain secara bersamaan membentuk salah satu dari tiga bentuk batu, kertas atau gunting dan pemenangnya diputuskan sesuai dengan aturan yang berlaku. Aturannya adalah gunting batu menghancurkan kertas, gunting memotong kertas, kertas menutupi batu dan gunting kalah dengan batu. Tentu saja, ada juga kemungkinan seri jika kedua pemain membentuk bentuk yang sama. Asal permainan ini adalah dari daerah Jawa Barat. 3. Permainan Tradisional Gasing. Permainan gasing hampir diterima di seluruh wilayah di Indonesia. Permainan tradisional ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki berumur 7-17 tahun, bisa dilakukan oleh individu dan tim. Bahan dari Gasing adalah kayu yang kemudian dibentuk sedemikian rupa yang bagian tajam berada di bawah. Game ini sangat kompetitif, mengadu keterampilan anak-anak dalam memutar gasingnya. Nah, gasing siapa yang masih berputar paling akhir di antara gasing lainnya, maka ialah pemenang dari permainan ini. Gasing adalah permainan yang berasal dari Jawa Tengah. 4. Permainan Tradisional Congklak. Congklak adalah sejenis permainan papan tradisional Indonesia. Papan terbuat dari kayu, dan biasanya diberi 10 hingga 18 lubang di atasnya, dengan dua lubang, satu di setiap ujungnya. Desainnya bervariasi, mulai dari kayu sederhana tanpa hiasan, hingga papan berbentuk perahu dan berukir indah. Dibutuhkan dua pemain untuk bermain congklak, masing-masing membawa sekitar 40 cangkang kecil atau mengumpulkan batu kecil. Setiap pemain akan menempatkan 7 cangkang di setiap lubang di sisinya dan satu lubang besar di ujung papan congklak. Pemain yang masuk pertama akan mengambil semua kerang dari lubang di sisinya, bergerak searah jarum jam di sekitar papan dan menjatuhkan satu kerang ke dalam setiap lubang untuk mengisi ujung lubang papan. Pemain dengan kerang terbanyak di lubang utama memenangkan permainan. Asal permainan ini adalah dari Jawa Barat. 5. Permainan Tradisional Egrang. Egrang atau egrang pasti tidak asing bagi banyak orang. Egrang adalah pijakan yang melekat pada tiang untuk memungkinkan anak-anak berjalan nyaman dan bergerak. Permainan tradisional ini biasanya tampil selama acara yang diadakan secara nasional untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia di bulan Agustus. Anak-anak akan berlomba menggunakan egrang mereka dari titik awal ke garis finish. Kadang-kadang, hambatan ditambahkan ke perlombaan, mengharuskan anak-anak untuk melompati hambatan yang berbentuk batu atau benda apapun yang bisa menghalangi egrang mereka. Permainan tradisional ini sangat bagus karena mengajarkan anak-anak untuk kerja keras, ketekunan, dan sportif. Namun sangat disayangkan bahwa saat ini egrang adalah permata langka untuk ditemukan hari ini karena banyak anak-anak yang sudah beralih ke permainan yang lebih modern. Asal permainan ini adalah dari Jawa Tengah. 6. Permainan Tradisional Mepantigan. finansialku Dikembangkan di Bali, gulat lumpur Mepantigan adalah permainan tradisional yang kini telah menjadi permainan luar ruang yang populer di kalangan anak-anak. Mepantingan berarti “melempar” atau “menjatuhkan sesuatu”. Mepantingan adalah seni bela diri tradisional Bali yang berkonsentrasi pada penguncian dan pelemparan musuh dengan menggabungkan berbagai teknik pertahanan diri seperti Taekwondo, Silat tradisional Indonesia, Capoeira, 7. Kickboxing, dan Judo. Selain itu, Mepantingan mencakup berbagai unsur budaya Bali, seperti musik Bali, tari, dan kostum. Itulah faktor-faktor yang menjadikan seni bela diri yang membela diri ini sebagai olahraga yang menarik. 8. Permainan Tradisional Loncat Tali atau Lompat Tali. Indonesia banyak sekali masyarakat yang masih memiliki budaya Melayu dan permainan tradisional satu ini dinamakan lompat tali bebas yang berasal dari daerah Melayu atau Sumatera sana. Inti dari permainan ini adalah untuk melompati karet yang disambung menjadi sebuah tali. Pemain diwajibkan untuk melompati karet yang dirangkai dan di akhir lompatan diminta untuk mengucapkan kata “bebas”. Penamaan game ini terkait dengan perilaku atau tindakan yang dilakukan pemain itu sendiri, terutama pada lompatan terakhir. Dalam lompatan ini yang terakhir, tali yang direntangkan oleh tangan si pembawa tali akan terangkat tinggi ke udara hampir mirip dengan apa yang dilakukan oleh para pejuang ketika ia mengucapkan kata “Bebas! Merdeka”. 9. Permainan Tradisional Gogorolongan atau Rorodaan. Gogorolongan merupakan peralatan permainan tradisional dari Jawa Tengah yang berbahan dasar kayu, bambu, atau sandal bekas atau berbentuk sandal cakar. Cara permainan ini tidak begitu sulit terutama untuk anak-anak. Permainan ini tidak membutuhkan biaya, melainkan kemauan dan keterampilan saja sudah cukup. Karena untuk membuat alatnya cukup mudah, maka anak-anak pasti akan senang melakukannya. Gogorolongan bisa dikatakan adalah permainan yang mudah dilakukan karena mainan ini bisa bergerak maju dengan menggunakan roda karena dorongan. Ya, gogorolongan berbentuk seperti roda yang digerakkan. 10. Permainan Tradisional Gatrik. Gatrik yang disebut juga dengan Tak Kadal adalah permainan dari Jawa Tengah yang pada masa itu merupakan salah satu permainan yang populer di Indonesia. Dalam permanan Gatrik dimainkan sebanyak dua kelompok. Game ini menggunakan alat dari dua bambu yang satu menyerupai tongkat dengan ukuran 30 cm dan yang lainnya berukuran lebih kecil. 11. Permainan Tradisional Galasin. youtube Galah asin atau di daerah lain disebut Galasin atau Gobak Sodor adalah sejenis permainan daerah dari Betawi. Permainan ini adalah permainan kelompok yang terdiri dari dua kelompok, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 – 5 orang. Inti dari permainannya adalah memblok lawan agar tidak dapat menyelinap melewati garis ke garis terakhir dengan cara berjalan naik dan turun. Untuk meraih kemenangan, semua anggota kelompok harus sepenuhnya melakukan proses berjalan naik dan turun di area lapangan yang ditentukan. Permainan ini sangat menarik sekaligus sangat sulit karena siapa pun harus selalu waspada dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk mendapatkan kemenangan. 12. Permainan Tradisional Batok Kelapa Tempurung Kelapa. Permainan tradisional dari Jawa Tengah ini dapat dimainkan dengan setidaknya 2 orang. Caranya ambil 2 buah batok kelapa yang sudah diberi tali di ujungnya. Gunakan batok kelapa dengan cara berjinjit jari kaki menyentuh cangkang sementara tumitnya tidak menyentuh tanah. Anak-anak akan diminta berjalan menggunakan batok kelapa mulai dari garis awal hingga garis akhir finish. Peserta yang pertama mencapai garis finish finish line akan menjadi juara dan pertandingan selesai. Nah, permainan tradisional batok kelapa memiliki aturan di mana pemainnya jangan sampai terlompat. Siapa yang jatuh akan dinyatakan gagal. Siapa pun yang menyentuh tanah akan didiskualifikasi. 13. Permainan Tradisional Ngadu Muncang. Ngadu Muncang adalah salah satu permainan tradisional dari Sunda yang semakin jarang dimainkan akhir-akhir ini. Game ini biasanya dimainkan oleh anak-anak yang tinggal di daerah pedesaan. Ngadu Muncang adalah tanaman karet. Karena tanaman karet hanya berbuah pada musim tertentu, permainan ini juga musiman. Game ini bisa dilakukan oleh dua hingga empat pemain. Setiap pemain akan membawa Muncang mereka sendiri dan mereka akan mencoba mendobrak Muncang pemain lain menggunakan milik mereka. Pemain yang dapat menghancurkan Muncang pemain lain adalah pemenangnya. 14. Permainan Tradisional Kelereng. liputan6 Kelereng atau gundu adalah permainan dari Jawa Barat yang dahulu sering sekali dilakukan oleh anak-anak. Cara permainannya juga cukup mudah. Permainan ini setidaknya minimal melibatkan dua pemain dan cara bermainnya adalah pemain menyusun beberapa kelereng di sebuah ring kecil. Jika pemain berhasil mengetuk salah satu kelereng lawannya dari ring, ia dapat melanjutkan gilirannya dan mencoba untuk menyerang lawan lainnya.. Jika dia berhasil memukul lawan-lawannya, maka ia bisa berhak mengambil kelereng dan lawannya tidak bisa lagi bermain di putaran saat ini. 15. Permainan Tradisional Bekel. youtube Permainan bekel berasal dari permainan Belanda yang dikembangkan di Jawa dan bernama “bikkelen” menggunakan tembaga “bikkels”. Permainan ini menggunakan tembaga bekel dan bola khusus bekel dan pemain harus berusaha membalik semua biji bekel menghadap ke atas. Diperbolehkan untuk mengambil lebih dari satu kelompok nomor yang ditentukan saat bola dilemparkan ke udara. Sebagai contoh jika pemain mengambil dua tembaga bekel saat bola dilemparkan ke udara, ia dapat meraih tiga kelompok dua bekel. Jika pemain memindahkan salah satu biji bekel yang dia tidak coba ambil, atau jika dia menjatuhkan biji bekel di tangannya, dia kehilangan gilirannya dan harus menunggu ke pemain berikutnya. Pemain yang menyelesaikan set terbanyak tanpa membuat kesalahan dianggap sebagai pemenang dari permainan. 16. Permainan Tradisional Kuda Lumping. youtube Replika kecil dari lumping kuda besar yang digunakan dalam tarian di Jawa biasa dibuat sebagai permainan anak. Repliks kuda lumping bisa dibuat dari i anyaman tikar bambu dan dicat dengan pola warna mencolok. Manik-manik, dan bahan-bahan lainnya juga dapat ditambahkan untuk memberikan penampilan yang penuh warna pada kuda lumping. Ketika diberikan kepada seorang anak, pikiran imajinatif mereka adalah satu-satunya batas untuk memainkan drama kuda lumping! Meskipun dimaksudkan sebagai mainan, banyak dari kuda-kuda yang menyenangkan ini berakhir untuk diberikan sebagai oleh-oleh dari perjalanan seorang wisatawan mancanegara yang datang. Replika kuda lumping yang lebih dan berwarna dapat digunakan sebagai dekorasi yang menarik. 17. Permainan Tradisional Layang-layang. liputan6 Layang-layang adalah hobi yang sangat populer untuk anak-anak Indonesia. Permainan tradisional layang layang berasal dari Bali. Ada dua jenis layang-layang yang berbeda yang pertama adalah hanya digunakan untuk terbang yang memiliki ekor untuk menyeimbangkan layang-layang dan yang akan digunakan untuk pertarungan satu lawan satu, hiburan favorit di antara selebaran layang-layang. Layang-layang yang kedua adalah yang tidak memiliki ekor di belakangnya. Tujuan permainan ini adalah untuk mencoba dan memotong layang-layang lawan. Cara tali melekat pada layang-layang menentukan kontrol yang dimiliki selebaran di atas layang layangnya. Jika kedua tali pegang terpasang terpisah jauh ke bingkai layang-layang, ini akan membuatnya lebih berat untuk dipegang ketika sedang terbang. 18. Permainan Tradisional Batu Seremban. Batu Seremban adalah permain khas Kalimantan. Dalam permainan Batu Seremban, batu-batu kecil dilemparkan ke atas dan kemudian ditangkap kembali oleh pemain. Permainan ini melibatkan setidaknya 2 pemain, dan biasanya Batu Serembem dimainkan oleh perempuan. Pada umumnya, permainan khas suku Dayak ini Dimainkan di dalam ruangan. Permainannya juga sangat simple karena pemain hanya membutuhkan 5 batu kecil yang halus untuk dilemparkan di atas. 19. Galah Panjang. Galah panjang adalah permainan dari Kalimantan Selatan dengan menggunakan 5 garis yang digambar di tanah sebagai rintangan’. Tujuan permainan ini adalah untuk menguji efisiensi dan keseimbangan para pemain yang berlari di luar garis-garis ini. Pada umumnya permainan tradisional Indonesia ini dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan. Permainan Galah Panjang sendiri setidaknya melibatkan 10 pemain dan biasanya berlangsung di area datar yang terbuka. Tidak diperlukan peralatan untuk permainan ini karena yang diperlukan adalah kekompakan dan keterampilan. 20. Menendang Bulu atau Sepak Bulu Ayam. Sepak Bulu Ayam adalah permainan yang melibatkan pemain untuk menendang bola’ lembut yang terbuat dari bulu ayam. Tujuan dari permainan sepak bulu adalah untuk menguji keterampilan pemain dalam mengendalikan dan menyeimbangkan bola’ selama mungkin sehingga tidak akan jatuh ke tanah. Permainan tradisional Kalimantan Tengah ini melibatkan 2 pemain atau lebih, biasanya anak laki-laki berusia antara 10-17 tahun. Permainan ini biasa dimainkan di tempat terbuka, satu-satunya barang yang diperlukan untuk permainan ini adalah bola’ lembut yang terbuat dari 14 bulu ayam yang diikat di tengah kertas tebal atau lembaran karet. 21. Menendang Bola Rotan’ Sepak Raga Bulatan. Sepak Raga Bulatan adalah permainan dari Kalimantan yang melibatkan pemain untuk mengendalikan dan menyeimbangkan bola rotan bola raga dengan berbagai cara. Tujuannya adalah untuk menguji keterampilan para pemain dalam menendang bola, mengetuk bola dengan kepala, dada, atau lututnya dan memastikan tidak jatuh ke tanah. Permainan tradisional sepak raga bulatan dimainkan oleh anak laki-laki dan mungkin melibatkan banyak pemain. Sepak Raga Bulatan juga harus dimainkan di area datar dan terbuka. Sebuah lingkaran besar digambar di tanah, dengan lingkaran kecil lainnya di dalamnya. Hanya bola rotan bola raga yang diperlukan untuk permainan ini. 22. Geudeu-geudeu. Geudeu-geudeu atau biasa disebut deudeu adalah permainan tradisional asal Aceh. Geudeue-geudeue artinya jatuh tempo sebuah permainan kelincahan yang ditemukan di Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Permainan Geudeu-geudeu sangat mirip dengan game sumo yang berasal dari Jepang. Permainan ini seperti gulat yang dimainkan oleh pria. Selain sarat dengan nilai-nilai historis, artistik dan budaya yang terkandung di dalamnya, olahraga Aceh tradisional Geudeu – Geudeu yang hanya ada di bumi Pidie atau Kabupaten Pidie Jaya, juga memiliki pesona simbolik dari karakteristik komunitas Aceh. Permainan Geudeu-geudeu juga dapat berfungsi sebagai media pemersatu untuk integritas ikatan persaudaraan sesama warga dari satu desa, kecamatan atau bahkan satu kabupaten dengan yang lainnya. 23. Petak Umpet. Petak umpet adalah permainan dari Betawi yang dikenal luas dan dapat dengan mudah dimainkan oleh sekelompok anak. Aturannya sederhana seorang anak yang kalah harus menutup mata mereka dan menghitung ke angka yang telah ditentukan, sementara pemain lain bersembunyi. Ketika penghitungan selesai, anak itu harus pergi mencari anak-anak lain. Pemain yang ditemukan pertama akan menjadi pencari berikutnya dan pemain yang ditemukan terakhir adalah pemenang. Dalam versi lain dari permainan petak umpet, para pemain yang bersembunyi juga dapat berlari ke tempat yang disebut “home base” dan mereka aman dari para pencari begitu mereka menyentuh dinding atau objek yang telah ditentukan di dalam base. 24. Engklek. youtube Engklek adalah permainan dari Jawa Tengah. Untuk memainkan permainan engklek ini, anak-anak membutuhkan sepotong kapur, batu, dan trotoar untuk menggambar papan engklek. Kotak papan harus diberi nomor dari satu hingga sembilan. Pemain diminta untuk bergiliran bermain game. Setiap pemain mulai dengan melemparkan batu di kotak pertama papan, hingga akhir, kemudian dia berbalik dan kembali. Saat mencapai kotak kedua, pemain mengambil batu di kotak pertama menyeimbangkan dengan satu kaki. Permainan dilanjutkan dengan melempar batu di kotak kedua, ketiga dan seterusnya. Jika Anda melewatkan lemparan, giliran Anda berakhir. Permainan juga bisa dimainkan di dalam dengan papan kain dan objek pengganti untuk batu. Ada juga beberapa variasi engklek dengan hanya 6-7 kotak atau dengan 10 kotak. 25. Tepuk Tangan. youtube Permainan tepuk tangan biasanya diiringi dengan lagu khas masing-masing daerah. Biasanya ada dua orang yang terlibat dalam permainan ini, melakukan serangkaian pola bertepuk tangan sendiri dengan tangan lawannya kemudian satu sama lain bertepuk sambil menyanyikan lagu. Beberapa lagu berirama menyesuaikan tepukan tangan dan setiap anak melakukan tepukan tangan dengan anak di depan mereka. Semua pemain harus disinkronkan dengan gerakan dan nyanyian mereka. Permainan tepuk tangan awalnya berasal dari Sunda, Jawa Barat. 26. Tarik Tambang. Tarik tambang adalah permainan dari Betawi, Jakarta yang dimainkan di luar ruangan, permainan ini pada dasarnya terdiri dari dua tim anak-anak yang menarik ujung tali yang besar dan yang menahannya. Garis kemudian ditandai di tanah antara kedua tim. Bagian yang berhasil menyeret tim lawan melewati garis ini akan menang. Permainan tradisional tarik tambang yang menguji kekuatan anak-anak sehingga game ini juga dikenal sebagai “perang tarik-menarik”, “perang tarik-menarik”, “perang tali”, “tarik tali”. Permainan tali tambang sendiri juga berubah menjadi olahraga dengan pemain dewasa yang bersaing satu sama lain di berbagai lomba kemerdekaan Indonesia. Bahkan permainan ini juga ada Olimpiadenya yang dinamakan Tug of War International Federation. 27. Pesawat Kertas. Permainan sederhana dari daerah Jawa ini hanya perlu melipat kertas menjadi bentuk pesawat terbang dan membiarkannya terbang menghasilkan hiburan bagi anak-anak. Aturannya sederhana anak yang pesawat kertasnya terbang paling jauh, maka dialah pemenangnya. Permainan pesawat kertas ini dapat dibuat lebih menarik dengan menambahkan bobot yang berbeda ke pesawat, seperti klip kertas atau stiker. Ada juga model pesawat berbeda yang membuat anak-anak senang melipatnya dari kertas. Permainan jadul ini juga bisa menjadi awal pengembangan keterampilan dan hasrat untuk bermain origami seni melipat kertas menjadi benda dan bentuk binatang. 28. Truth or Dare. shopee Aktivitas menyenangkan lainnya yang membuat anak-anak tetap terhibur adalah permainan “Truth or Dare” dari Jakarta. Setiap pemain harus memilih satu dari dua kebenaran atau tantangan dan menyelesaikan tantangan yang diberikan padanya. Jika pemain memilih “kebenaran”, maka dia akan ditanyai pertanyaan untuk dijawab dengan jujur; jika pemain memilih “tantangan”, dia akan ditantang untuk melakukan tindakan tertentu. 29. Boi-boian. silontong Boi-boian adalah permainan tradisional dari Sunda yang cukup mudah dilakukan karena pemain hanya perlu mengumpulkan beberapa batu atau lempengan lainnya kemudian disusun. Setelah disusun, maka dibagi menjadi dua tim. Tim pertama adalah yang menjaga dan yang kedua adalah yang melempar bola kecil. Cara mainnya adalah ketika pemain melemparkan bola dan susunan batu itu roboh, maka tim penjaga pemenangnya. 30. Ular Naga Panjang. okezone Ular naga panjang adalah permainan dari Jawa Tengah yang melibatkan banyak pemain sesuai dengan namanya, panjang. Setidaknya minimal ada 6 pemain yang kemudian dibagi dua, yakni tim yang membuat barisan ular naga dan kedua adalah penjaga. Penjaga ini terdiri dari 2 orang yang mengeratkan kedua tangannya untuk kemudian menjadi sebuah terowongan dan dilewati oleh tim ular naga ini. Nah, siapa yang tertangkap maka ialah yang kalah. 31. Pletokkan. Permainan yang berasa dari Jawa Timur ini terbuat dari bambu dan cara bermainnya sangat mudah karena pemain hanya perlu memasukkan kertas basah kemudian dimasukkan ke dalam bambu kemudian bambu itu ditusuk hingga kertas itu keluar. Pletokkan seringnya dimainkan oleh anak laki-laki dan mereka berlomba kertas siapa yang paling jauh tembakannya dan keras bunyinya. 32. Bambu Betung. Bambu Betung adalah permainan dari Papua yang sebenarnya hampir sama dengan pletokkan karena juga terbuat dari bahan utama bambu. Bedanya ukuran permainan tradisional ini jauh lebih besar dari pletokkan. Nah, Bambu Betung ini digunakan oleh anak-anak untuk menghasilkan suara yang memekakkan dan bambunya diisi dengan meriam buatan. Permainan ini sering dimainkan menjelang bulan Ramadan. 33. Permainan Tradisional Sepak Bola Tentu tidak asing ya dengan permainan sepak bola ini? Selain menjadi olahraga yang sangat mendunia, sepak bola ini juga sering menjadi permainan anak-anak zaman dahulu dan selalu menjadi permainan favorit dari masa ke masa. Permainan yang berasal dari Jawa ini melibatkan 12 pemain dan 1 orang diplot sebagai penjaga gawang. Nah, 11 orang ini harus menghadapi 12 lawan lainnya. Siapa yang paling banyak memasukkan bolanya ke dalam gawang, tim itulah pemenangnya. Lihat juga Sejarah Sepakbola Indonesia dan Dunia 34. Mobil-mobilan dari Kulit Jeruk. Siapa yang masih ingat bahwa zaman dahulunya pernah dibuatkan mobil-mobilan dari bahan kulit jeruk? Kalau zaman sekarang ingin mainan mobil tinggal minta dibelikan di toko-toko mainan, maka lain halnya dengan anak zaman dahulu. Kulit jeruk bisa diubah menjadi sebuah mainan dan anak-anak sangat menyukai permainan tradisional satu ini. Oh ya, jeruk yang disarankan untuk membuat mobil adalah jeruk Bali ya! Sesuai dengan bahan utamanya, permainan mobil mobilan dari kulit jeruk berasal dari Bali. 35. Permainan Masak Masakan Tradisional. Anak perempuan masa kecilnya pasti pernah melakukan permainan jenis ini. Alat yang dahulu sering digunakan untuk bermain masak-masakan umumnya terbuat dari tanah liat dan alat ini bisa dibeli di pasar-pasar tradisional. Bahan-bahan yang biasa diolah saat itu adalah tumbuhan. Permainan dari Jawa Tengah ini sangat hits di masanya dan mungkin sampai saat ini juga masih sering dilakukan oleh anak perempuan. Lihat juga 12 Permainan Bola Kecil dan Penjelasannya 36. Cublak-cublak Suweng. Cublak-cublak Suweng adalah sebuah permainan dari Jawa Timur yang pernah populer pada masanya. Permainan Cublak-cublak Suweng sangat sederhana dilakukan. Permainan yang berasal dari Jawa Tengah ini setidaknya membutuhkan minimal 3 pemain. Satu pemain harus berjongkok di tanah dengan posisi menundukkan kepalanya dan punggungnya digunakan oleh pemain lain untuk bermain menyembunyikan batu sambil bernyanyi. Apabila nyanyian selesai, maka pemain yang berjongkok tadi harus menebak di tangan siapa batu berada. 37. Permainan Tradisional Kotak Pos. youtube Permainan Kotak Pos adalah permainan dari Betawi yang sangat menyenangkan pada masa itu. Permainan ini setidaknya melibatkan minimal tiga atau empat orang ke atas. Nah, permainan kotak pos mengharuskan semua pemain meletakkan tangan dengan posisi tangan ditelungkupkan di atas tangan peserta lain. Kemudian semua pemain diminta untuk saling bernyanyi dan menepuk tangan yang di atas. Ketika nyanyian berhenti dan ada pemain yang terkena tepukan tangan maka ia wajib dikenai tantangan. 38. Sepak Tekong. Sepak Tekong adalah sebuah permainan dari Sumatera Barat yang hampir sama dengan petak umpet. Hanya saja bedanya pemain yang bersembunyi harus menyentuh sebuah pos jaga yang telah disepakati. Ketika pemain yang bersembunyi telah menyentuh pos, ia wajib mengucapkan kata “Tekong” dengan lantang. Selesai berhitung, penjaganya harus menemukan orang-orang yang telah bersembunyi. Jika semua orang yang bersembunyi mampu menyentuh semua posnya maka penjaga kalah dan ia harus menjaga lagi permainan. Baca juga 7 Permainan Bola Besar dan Gambarnya 39. Benthik. Benthik merupakan permainan tradisional dari Yogyakarta yang memanfaatkan patahan-patahan ranting pohon atau bisa juga menggunakan kayu kecil yang ukurannya pendek dan mudah untuk diaplikasikan dalam permainan ini. Setidaknya ada 2 pemain dan setiap pemain harus bisa melambungkan tongkatnya dan apabila lawan mainnya bisa menangkap tongkat tersebut maka lawan mendapatkan poin. Siapa yang mendapatkan poin paling tinggi dalam menangkap benthik, maka ialah yang akan menjadi pemenangnya. 40. ABC 5 Dasar. Permainan dari Jawa Tengah ini melibatkan jari-jari tangan dan permainan ini bisa dilakukan minimal tiga orang. Caranya mudah, 3 pemain harus menyerahkan jari-jarinya terserah, bisa menunjukkan 3, 4 atau 7 jari. Semua jari kemudian dihitung dan dijumlah apabila jumlah jari yang ditampilkan ada 10 jari, maka angka 10 jari tersebut menunjukkan huruf abjad ke-10 yakni J. Pemain harus menyebutkan buah yang berawalan dari huruf J atau bisa juga artis yang berawalan dengan huruf J. 41. Balap Karung. yahooberita Permainan dari Betawi satu ini sering sekali dilakukan saat merayakan kemerdekaan. Permainannya sangat mudah di mana anak-anak harus menggunakan karung dan ia harus melompat dari garis start hingga finish menggunakan karung. Apabila sang pemain jatuh maka ia harus memulainya dari garis awal begitu. Siapa yang paling cepat sampai di garis finish maka dialah pemenangnya. 42. Lenggang Rotan. Lenggang Rotan memang terlihat seperti gerakan hulahop, namun sebenarnya senam satu ini mungkin terinspirasi dari permainan tradisional dari Jawa Timur ini. Permainan ini caranya sangat mudah karena anak-anak hanya perlu menggunakan lenggang rotan ini ke perut dan menggerak-gerakkannya. 43. Bakiak. Bakiak adalah permainan tradisional dari Jawa Tengah yang memanfaatkan media sandal bakiak g namun dengan ukuran yang panjang dan satu sandal bakiak bisa digunakan oleh 3 pemain. Nah, permainan ini bisa dilakukan oleh 6 orang dengan 2 bakiak. Siapa yang paling cepat sampai di garis finish maka dialah pemenangnya. Permainan bakiak sangat menyenangkan dan membutuhkan keseimbangan. Di antara semua permainan tradisional dari 34 provinsi di Indonesia yang telah dijelaskan, permainan manakah yang paling mengenang menurut Anda?
Permainan ngadu muncang atau juga di sebut ngadu kemiri di kenal pada Awal tahun 80-an adu kemiri ini cuma dijumpai dikalangan anak² tanggung usia. Dalam bermain Ngadu Muncang, pertama-tama seorang anak biasanya menyiapkan muncang Indonesia Kemiri andalannya yang telah direndam selama seperempat/setengah jam di dalam air cuka. Perendaman di dalam air cuka tersebut berguna untuk menambah kekuatan kulit muncang. Setelah muncang andalan siap untuk ditandingkan dengan muncang teman sepermainan, salah seorang wasit muncang memberi aba-aba supaya kedua muncang tersebut siap untuk ditandingkan. Kedua muncang tersebut biasanya diletakan secara vertikal-bertumpuk di atas sebilah bambu yang telah dipotong mendatar. Kedua bambu mendatar tersebut diletakan di sisi bawah dan atas kedua tumpukan muncang tersebut yang di sisi paling bawahnya diberi alas sandal jepit. Setelah semua perlengkapan selesai dipersiapkan, maka seorang wasit muncang memberi aba-aba dari satu sampai tiga. Pada hitungan ketiga tersebut, wasit kemudian memukul tumpukan muncang dengan kayu yang agak besar. Di akhir permainan, anak-anak bisa melihat muncang mana yang masih bertahan dan muncang mana yang telah remuk. Di sini, anak-anak bisa mengetahui pihak mana yang lebih unggul.
Permainan Anak-anak Arus globalisasi memang sedang hebat-hebatnya menggerus kebudayaan Indonesia, termasuk budaya permainan tradisional anak bangsa. Tapi siapa sangka di balik cepatnya arus globalisasi tersebut, permainan tradisional masih mendapatkan ruhnya di hati anak-anak desa. Seperti yang terjadi di desa Cisompet, daerah selatan Garut, anak-anak sedang ramai-ramainya menikmati permainan Ngadu Muncang yang saat ini sedang menjadi musimnya di kalangan anak-anak desa. Anak-anak desa Cisompet memang perlu dijadikan contoh dalam mencintai permainan tradisional. Meskipun permainan modern dengan teknologi yang semakin canggih menyebar di seluruh dunia –termasuk Indonesia, tapi anak-anak desa masih menaruh perhatiannya pada permainan tradisional Ngadu Muncang. Sekilas memang permainan Ngadu Muncang ini kalah canggih dibandingkan dengan permainan modern sekelas Tendo, Game Online, Play Station, dan lain-lain. Akan tetapi kalau kita cermati lebih mendalam, permainan tradisional ini memiliki manfaat yang lebih berguna dibandingkan permainan modern, seperti ketelitian, kerjasama, kekuatan, dan kekreatifan. Empat manfaat tersebut bisa kita ketahui dari cara memainkan permainan Ngadu Muncang tersebut. Dalam bermain Ngadu Muncang, pertama-tama seorang anak biasanya menyiapkan muncang Indonesia Kemiri andalannya yang telah direndam selama seperempat/setengah jam di dalam air cuka. Perendaman di dalam air cuka tersebut berguna untuk menambah kekuatan kulit muncang. Setelah muncang andalan siap untuk ditandingkan dengan muncang teman sepermainan, salah seorang wasit muncang memberi aba-aba supaya kedua muncang tersebut siap untuk ditandingkan. Kedua muncang tersebut biasanya diletakan secara vertikal-bertumpuk di atas sebilah bambu yang telah dipotong mendatar. Kedua bambu mendatar tersebut diletakan di sisi bawah dan atas kedua tumpukan muncang tersebut yang di sisi paling bawahnya diberi alas sandal jepit. Setelah semua perlengkapan selesai dipersiapkan, maka seorang wasit muncang memberi aba-aba dari satu sampai tiga. Pada hitungan ketiga tersebut, wasit kemudian memukul tumpukan muncang dengan kayu yang agak besar. Di akhir permainan, anak-anak bisa melihat muncang mana yang masih bertahan dan muncang mana yang telah remuk. Di sini, anak-anak bisa mengetahui pihak mana yang lebih unggul. Namun demikian, terkadang permainan tradisional Ngadu Muncang ini disalahgunakan oleh sebagian pihak. Permainan Ngadu Muncang yang pada awalnya memiliki nilai manfaat bagi anak-anak disalahgunakan oleh sebagian pihak yang ingin meraih keuntungan dengan menjadikannya taruhan, atau bahkan judi. Taruhan Ngadu Muncang pada umumnya disalahgunakan oleh para orang tua dan pemuda iseng. Mereka menggunakan media Ngadu Muncang supaya permainan bertambah mengasyikan. Akibatnya, penyalahgunaan permaianan tradisional ini menjadi salah satu target polisi dengan dugaan perjudian. Penyalagunaan permainan tradisional ini memang bukan kesalahan anak-anak desa atau pihak yang menghadirkan permainan Ngadu Muncang ke tengah dunia anak-anak. Pihak-pihak yang tidak bertanggung jawablah yang harus disalahkan dengan penyalagunaan permainan tradisional ini. Kehadiran mereka di tengah masyarakat akan merusak citra permainan tradisional yang saat ini sedang giat bersaing dengan permainan modern.
- Ngadu muncang merupakan salah satu permainan tradisional dari Indonesia. Biasanya dimainkan oleh anak laki-laki pada musim kemiri. Bila berkaca pada sejarah perjalanan bangsa, ngadu muncang ternyata bukan hanya permainan di kala masa Kerajaan Sunda, ngadu muncang dijadikan sebagai alat untuk menunjukkan kesaktian. Siapa yang muncang atau kemirinya paling kuat, ia dipercaya punya kesaktian tinggi. Seiring berjalannya waktu, ngadu muncang jadi bertransformasi jadi permainan bermain ngadu muncang, anak-anak menyiapkan muncang andalannya yang telah direndam selama seperempat atau setengah jam di dalam air cuka. Perendaman itu berguna untuk menambah kekuatan kulit muncang. Setelah itu, muncang andalannya pun siap untuk ditandingkan dengan muncang teman se-permainannya. Baca Adu Keseimbangan dan Ketangkasan Melalui Permainan Perepet JengkolSalah seorang wasit muncang akan memberi aba-aba agar kedua muncang tersebut siap untuk ditandingkan. Setelah itu, biasanya kedua muncang akan diletakan secara vertikal-bertumpuk di atas sebilah bambu yang telah dipotong mendatar. Kedua bambu mendatar tersebut pun diletakkan di sisi bawah dan atas kedua tumpukan muncang dengan yang di sisi paling bawahnya itu diberi alas sandal jepit. Setelah semua perlengkapan selesai dipersiapkan, seorang wasit muncang akan memberi aba-aba dari satu sampai tiga. Pada hitungan ketiga, wasit selanjutnya memukul tumpukan muncang dengan kayu yang agak akhir permainan, anak-anak pun bisa melihat muncang mana yang masih bertahan dan muncang mana yang telah remuk. Di sinilah, anak-anak mengetahui pihak mana yang lebih unggul atau menang dalam tonton berbagai video menarik di sini Budaya Prasmanan, Saksi Bisu Kekejaman Penjajah Prancis di Tanah Jawa 12 June 2023 121453 Eris Kuswara Jakarta - Kita pastinya sering datang ke sebuah warung makan yang pembelinya itu mengambil sendiri menu makanan yang diinginkan. Atau saat datang ke sebuah pesta, kita juga sering mendapati berbagai menu yang telah tertata rapi di meja secara terpisah untuk setiap menu. Kemudian setelah itu tamu pun dipersilakan untuk mengambil sendiri menu makanan yang cara penyajian makanan seperti itu sering kali disebut dengan istilah "Prasmanan". Selain itu, fenomena cara penyajian makanan model prasmanan ini juga sampai dengan sekarang masih sering dijumpai di berbagai acara besar seperti pesta pernikahan, peresmian gedung, jamuan di hotel dan restoran, dan lain sisi lain, konsep perjamuan prasmanan ini begitu diminati di Indonesia hingga sering dijadikan sebagai pilihan saat menghelat acara-acara besar. Pasalnya, selain relatif lebih praktis, konsep prasmanan juga dapat meminimalisasi jumlah pelayan yang dibutuhkan dalam sebuah pesta punya usut, ternyata cara penyajian makanan seperti itu bukanlah budaya asli masyarakat Indonesia. Melainkan merupakan adopsi dari budaya kuliner dari luar negeri tepatnya dari Prancis. Meskipun begitu, sebenarnya orang Prancis sendiri menyebut cara penyajian makanan seperti itu bukan dengan istilah "prasmanan", melainkan dengan istilah "buffet".Suryatini N. Ganie dalam "Upaboga di Indonesia" 2003 menyebutkan bahwa istilah buffet sendiri diartikan sebagai meja besar yang ditaruh di dekat pintu masuk restoran-restoran. Kemudian di atas meja tersebut, terdapat hidangan yang disusun oleh para pelayan, dengan maksud agar para tamu mendatangi meja itu dan memilih sendiri makanan yang itu dalam konteks prasmanan, seiring berjalannya waktu, cara penyajian makanan ala prasmanan atau buffet ini mengalami modifikasi. Yaitu dengan adanya model penyajian makanan pada meja terpisah untuk setiap menunya yang biasa dijumpai dalam pesta pernikahan. Biasanya, meja-meja tersebut juga akan didekorasi sedemikian rupa, sehingga menyerupai depot atau kedai mini. Meskipun ada daerah yang menyebut konsep penyajian itu dengan istilah prasmanan. Seperti di Palembang, disana sebagian masyarakat Palembang hingga kini masih ada yang menyebut prasmanan sebagai "makan prancis" atau "resepsi ala Prancis". Hal itu pun menunjukkan bahwa prasmanan bukan merupakan tradisi makan lokal asli dari mana sebenarnya datangnya istilah prasmanan ini? Diketahui, kata prasmanan itu sebenarnya berasal dari kata fransman France Man atau sebutan orang-orang Belanda terhadap orang-orang Prancis yang kala itu biasa menghidangkan sajian di atas meja. Cara makan seperti itulah yang kemudian diikuti oleh orang-orang kata fransman yang awalnya merupakan sebutan orang-orang Belanda terhadap orang Prancis, lalu mengalami pergeseran makna menjadi istilah untuk menyebut cara makan ala orang Prancis. Cara makan seperti itu jugalah yang kemudian diadopsi kaum bumiputra hingga membuatnya masih eksis dan diminati sampai dengan saat ini. Baca Cara Masyarakat Minangkabau Kumpulkan Dana Melalui Tradisi BadoncekDikarenakan kaum bumiputra kesulitan dalam melafalkan kata fransman, kata itu kemudian berubah menjadi prasman lalu ditambah imbuhan an hingga menjadi prasmanan. Istilah inilah yang pada akhirnya populer hingga sekarang, dan digunakan untuk menyebut istilah cara penyajian makanan ala itu, ada sumber yang menyebutkan bahwa cara penyajian ala Prancis atau yang kemudian populer dengan istilah prasmanan ini mulai tren di Hindia Belanda pada 1896-an. Tepatnya pada saat seorang penulis resep masakan bernama Njonja Johanna menulis buku berjudul "Boekoe Masakan Baroe" yang di dalamnya berisi resep pembuatan berbagai kue dengan "Tjara Blanda, Tjina, Djawa, dan Prasman". Kata Prasman di buku tersebut juga mengacu pada cara penyajian makanan ala fransman orang Prancis.Berdasarkan sejarahnya, ternyata budaya kuliner prasmanan ini menjadi "saksi bisu" kebiadaban penjajahan Prancis di Tanah Jawa. Tercatat pada 1792-1797 di Eropa tengah berkecamuk perang besar, yaitu perang antara Prancis melawan pasukan sekutu. Dalam peperangan ini, Prancis pun berhasil tampil sebagai pemenangnya. Adapun perang di Eropa ini dikenal dalam sejarah dengan nama Perang Koalisi 1. Diceritakan kala itu Prancis berhasil mengalahkan pasukan koalisi Austria, Prusia, Inggris, Spanyol, Sardini, dan Belanda. Atas kemenangan itulah, Prancis pada akhirnya berhasil menguasai daerah-daerah di Eropa, salah satunya Belanda. Ketika Belanda dikuasai Prancis, Raja Belanda yang saat itu dijabat oleh Raja Willem, melarikan diri dan meminta perlindungan Kerajaan hanya itu saja, sejak memenangkan Perang Koalisi 1, Belanda juga secara resmi menjadi jajahan Prancis. Bukan hanya dalam negeri Belanda saja, akan tetapi juga wilayah jajahan Belanda di seluruh dunia, termasuk Pulau Jawa. Pada masa inilah Prancis menugaskan Herman Willem Daendels untuk menjadi Gubernur di Hindia Belanda yang berpusat di Pulau Jawa pada 1808. Lalu di masa ini jugalah kebiadaban penjajahan Prancis dimulai. Pada masa itu, Daendels melakukan kerja paksa pembuatan jalan terpanjang di Hindia Belanda, sebuah jalan raya yang dibangun mulai dari ujung barat Pulau Jawa Anyer sampai dengan ujung timur Pulau Jawa Panarukan. Saat tanam paksa itulah, para pekerja tanam paksa diberi makan dengan cara penyajian makanan yang diletakkan di atas meja panjang. Para pekerja paksa juga harus antri berbaris untuk mendapatkan makanan yang mereka inginkan. Model penyajian makanan inilah yang kemudian disebut sebagai makan prasmanan. Terlepas dari kebiadaban kaum imperialis, kehadiran bangsa-bangsa lain tentunya telah memperkaya khazanah seni kuliner di prasmanan, ada juga pemakaian sendok dan garpu, serta sumpit saat makan mi merupakan adopsi dari budaya kuliner bangsa lain yang pernah datang ke tonton berbagai video menarik di sini Tari Sajojo, Warisan Budaya Leluhur Papua Barat 11 June 2023 151519 Admin Papua Barat - Tarian di Indonesia memang banyak jenisnya. Setiap tarian juga melambangkan makna dan warisan budaya dari para leluhur. Salah satunya tarian tradisional yang terkenal, sebut saja tarian unik khas Papua Barat yakni tari Sajojo. Menariknya tarian ini juga diiringi dengan lagu dari tari Sajojo ini merupakan tarian tradisonal yang liriknya berbahasa Moi. Tarian yang berasal dari daerah Sorong, Papua Barat ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Papua. Biasanya tari tradisional ini sering ditampilkan di beberapa acara, seperti upacara adat, penyambutan tamu besar, dan berbagai kegiatan budaya ini pertama kalinya diciptakan oleh David Rumagesan. Tari sajojo menceritakan tentang gadis cantik desa yang sangat dicintai oleh kedua orang tuanya. Tak hanya itu saja, gadis desa ini juga merupakan dambaan bagi para lelaki para lelaki desa itu juga sampai berharap bisa berjalan-jalan dengan si kembang desa tersebut. Selain itu, keceriaan dalam lagu ini juga sangat cocok dengan tariannya. BacaTari Seblang, Tarian Sakral Pemanggil Roh Leluhur dari BanyuwangiDilansir dari laman asal usul tari ini diciptakan adalah sebagai bentuk wujud syukur masyarakat terhadap kesuburan dan hasil panen. Pada setiap gerakan tariannya, diyakini melambangkan gerakan kerbau yang sangat sisi lain, tari Sajojo juga mengandung makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Papua. Pasalnya tarian itu melambangkan perjuangan hidup manusia, dan kerja sama dalam mengatasi masalah. Bahkan di salah satu gerakannya juga melambangkan siklus dalam melakukan tarian ini juga sangat energik. Salah satunya adalah gerakan "Langkah Sajojo", yakni langkah maju mundur dengan tangan membentuk huruf V. Adapun langkah lainnya yang tak kalah energiknya yakni langkah "Sajojo Jump", "Sajojo Leap", dan "Sajojo Spin" dengan gerakan utamanya yakni melompat dan itu, untuk instrumen yang digunakan dalam tarian ini adalah kendang, ceng ceng, simba kecil, saron, bonang dan gong. Kemudian untuk pakaian yang digunakan penari dalam melakukan tari sajojo, adalah pakaian tradisional yang terbuat dari akar dan seiring berkembangnya zaman, kini baju yang digunakan juga cukup bervariatif yakni dengan menggunakan aksesoris kepala dan lukisan tubuh. Hingga saat ini, tarian sajojo masih sangat digemari oleh masyarakat Papua. Sebab, mereka juga tidak ingin budaya dari nenek moyang tersebut hilang termakan oleh tonton berbagai video menarik di sini Mengenal Permainan Tradisional Cak Bur Khas Sumatra 11 June 2023 121628 Admin Sumatra Barat - Permainan tradisional di Indonesia sangatlah banyak. Biasanya permainan itu sering dilakukan anak anak untuk mengisi masa waktu luang setelah bersekolah. Salah satunya yang biasa dimainkan, adalah permainan cak bur. Diketahui, permainan tradisional ini berasal dari Sumatra Barat atau lebih tepatnya merupakan permainan khas Minangkabau. Dikutip dari laman permainan cak bur ini hampir mirip dengan permainan galah panjang yang ada di Jawa dari penamaan permainan cak bur ini dikarenakan ketika saat bermain akan mengatakan "cak", dan ketika berakhir akan mengatakan "bur". Menariknya, permainan ini dapat mengasah ketangkasan dan kecepatan anak-anak ketika itu, dilansir dari laman permainan ini dilakukan dengan membuat kotak-kotak di atas tanah dengan ukuran 2x2 meter. Adapun cara memainkan permainan Cak Bur, yakni dengan menyiapkan dua tim berjumlah masing-masing pemainnya kurang lebih 3-5 orang. Kedua tim itu juga nantinya akan ditentukan siapa yang menjadi tim penjaga dan siapa tim yang bermain. Kemudian setelah itu, peserta bermain dengan menggambar kotak yang disesuaikan dengan jumlah pemain. Baca Tok Kadal, Permainan Khas Betawi yang Terinspirasi dari BengkarungUntuk aturan bermainnya sendiri cukup sederhana, tim jaga akan bertugas menjaga tim lawan supaya tidak mencapai garis finish. Sementara pemain lawan, harus berusaha agar tidak tersentuh tim jaga hingga berhasil menuju ke garis finish. Tim lawan bisa dikatakan menang apabila ada salah satu pemainnya yang berhasil menuju garis finish. Jika tim lawan kalah, maka akan bergantian bermain dengan tim bisa melatih ketangkasan dan kecepatan anak, permainan ini juga dapat melatih kerja sama antar tim sekaligus melatih kesabaran anak untuk terus berusaha ketika ingin memeperoleh berjalannya waktu, permainan tradisional di Indonesia saat ini sudah mulai tergeser oleh permainan gadget. Bahkan anak-anak zaman sekarang lebih suka bermain HP sendirian dari pada bermain dengan teman sebaya. Oleh karena itulah, kita bisa mengenalkan kembali permainan tradisional kepada anak anak agar permainan tradisional Indonesia tidak hilang termakan oleh tonton berbagai video menarik di sini Menggali Makna Mendalam dari Lagu Madura "Aduh Kacong Bekna Sengak" 09 June 2023 071633 Eris Kuswara Jawa Timur - Baru-baru ini, lagu berjudul "Aduh Kacong Bekna Sengak" mendadak viral di media sosial khususnya di TikTok dan Instagram. Bahkan lagu tersebut juga mendapatkan perhatian yang cukup besar dari publik. Tak hanya itu saja, lagu ini juga dikaitkan dengan gaya tari khas warga Madura, Jawa apa sebenarnya makna dan arti dari lirik lagu 'Aduh Kacong Bekna Sengak' ini?Berdasarkan sejarahnya, diketahui lagu "Aduh Kacong Bekna Sengak" ini awalnya merupakan bagian dari syair Madura yang memiliki judul asli "Caretana Oreng Mate" atau Kisah Orang Meninggal. Syair tersebut dinyanyikan oleh Ustaz Sattar sendiri berasal dari Jam'iyah Salawat Nurul Iman Pamekasan, dan syair ini diperkirakan pertama kalinya muncul pada awal belakangan ini, syair lagu tersebut kembali populer melalui media sosial TikTok dengan judul "Aduh Kacong Bekna Sengak" dan disertai juga dengan tarian hadrah gemulai ala Madura. Baca Upacara Nyadar, Tradisi Masyarakat Suku Madura Sambut Musim Panen GaramBerbicara mengenai makna yang terkandung dalam syair "Aduh Kacong Bekna Sengak", syair tersebut menggambarkan keadaan seseorang yang telah meninggal dunia. Termasuk juga dengan penderitaan yang dialaminya, keluarga yang ditinggalkan, proses pemakamannya, hingga siksaan atau nikmat yang akan ia terima di jika seseorang menjalani kehidupan yang baik di dunia, maka ia akan mendapatkan keberuntungan di alam barzah. Akan tetapi jika tidak, ia justru akan mengalami siksaan yang menghancurkannya sampai menjadi karena itulah, penyair lagu ini senantiasa mengingatkan pendengarnya khususnya generasi muda agar selalu mengingat akhirat sebagai tempat kembalinya hanya itu saja, mereka juga disarankan untuk semakin meningkatkan amal perbuatan baiknya dan tidak terlalu terpaku pada kehidupan duniawi. Sebab, pada akhirnya dunia itu tidak akan dibawa tonton berbagai video menarik di sini Sering Dikonotasikan Negatif, Ini Arti Kata "Ewe" Bagi Masyarakat Indramayu 06 June 2023 121040 Eris Kuswara Jawa Barat - Indonesia terkenal sebagai negara dengan keanekaragaman suku dan budayanya. Oleh karena itulah, lain daerah, lain pula bahasanya. Seperti halnya kata "Ewe" yang saat ini sering dikonotasikan negatif, namun justru memiliki arti lain di Indramayu, Jawa Sunda menjadi bahasa daerah di Indonesia yang hampir digunakan oleh seluruh masyarakat yang tinggal di Provinsi Jawa Barat. Meskipun begitu, ternyata bahasa Sunda ini memiliki keberagaman kosakata dan frasa. Termasuk juga yang digunakan oleh masyarakat Sunda yang tinggal di sebagian wilayah Kabupaten di wilayah Kecamatan Lelea, bisa dikatakan bahasa Sunda yang digunakan masyarakatnya tergolong unik. Pasalnya, masyarakat di daerah tersebut masih memakai Sunda Kuno atau yang dikenal dengan buhun. Sehingga tidak mengherankan sekali jika terdapat perbedaan di beberapa kosakata maupun logat, dengan Bahasa Sunda yang ada di wilayah Jawa Barat satu yang cukup unik adalah penggunaan kata untuk menyebut istri. Di Kecamatan Lelea dan sekitarnya, biasanya warga akan mengucapkan kata "Ewe" sebagai sebutan bagi seorang istri dan bukan memiliki arti menikah atau bahkan berhubungan intim. Meskipun begitu, kadangkala perbedaan makna tersebut sering mengundang dari laman detik, Anggi Suprayogi 27 warga Tamansari, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu mengatakan bahwa kata ewe yang biasa digunakannya itu bermakna berbeda jika diterapkan di wilayah lain. Baca Sejuta Alasan Orang Sunda Tak Bisa Lafalkan Huruf "F""Saat itu, ada sebuah rombongan warga yang datang ke Bandung. Namun, di tengah obrolan dengan warga di sana, ada satu warga yang menyebutkan kalimat 'ewe inya diewe aing' artinya 'istri kamu bersama istri saya'. Sontak saja kalimat yang dilontarkan saat itu membuat lawan bicaranya yang merupakan orang Bandung kebingungan," kata senada dituturkan Kepala Desa Lelea, Raidi. Ia menjelaskan bahwa kata ewe memang lazim digunakan masyarakat di Desa Lelea untuk menyebut istri. Selain itu, biasanya sebutan bagi perempuan itu menggunakan kata "Wewe" dengan tambahan suku kata lainnya yang akan menunjuk pada jenjang usia."Biasanya ada kata Wewe Kolot yang artinya perempuan tua. Kemudian ada juga Wewe Ngora atau perempuan muda dan Wewe Leutik yang merupakan sebutan untuk perempuan yang masih kecil," jelas saat tradisi Ngarot, sebutan bagi perempuan kecil atau gadis yang belum menikah bukan disebut Wewe Leutik, melainkan diganti dengan sebutan Cuene. "Kalau wewe itu untuk sebutan sehari-hari. Nah, kalau saat Ngarot, biasanya sebutannya itu Cuene. Meski begitu, sebenarnya arti keduanya sama aja," itu, sebagaimana diketahui bahwa Bahasa Sunda yang digunakan warga sekitar Kecamatan Lelea itu sudah ada sejak 1600-an silam. Menariknya lagi bahasa Sunda yang digunakan masyarakat disana tergolong otentik, karena merupakan bahasa kuno yang kerap disebut dengan bahasa tonton berbagai video menarik di sini Tradisi Unik Suku Korowai, Asingkan Ibu Hamil Hingga Melahirkan ke Dalam Hutan 04 June 2023 121534 Eris Kuswara Papua - Daerah pedalaman Papua menjadi tempat tinggal dari salah satu suku Papua. Namanya Suku Korowai. Suku ini juga terkenal dengan kebudayaan dan tradisinya yang Suku Korowai terisolasi dari dunia luar dan modernitas yang muncul. Bahkan sebagian dari anggota suku ini juga ada yang masih hidup secara tradisional. Yakni dengan bermukim di atas pohon-pohon tinggi, serta membuat rumah-rumah yang terbuat dari kayu dan daun rumbia. Tak hanya itu saja, suku ini juga hidup jauh dari akses infrastruktur modern, terutama kesehatan. Selain itu, suku yang memiliki populasi sekitar orang ini memiliki kebudayaan dan tradisi soal melahirkan. Para sesepuh suku ini biasanya akan mengasingkan seorang ibu hamil untuk pergi ke hutan, tanpa ada yang beralasan bahwa seorang ibu hamil itu sedang dalam keadaan sakit akibat terkena roh jahat. Di satu sisi, penyakit itu juga bisa menyebar ke orang lain di sekitarnya, termasuk kepada suami dan anak-anaknya. Oleh karena itulah, untuk mencegah penyebaran penyakit, ibu hamil tersebut harus tinggal di rumah sisi lain, Suku Korowai sendiri menyatakan bahwa pengasingan tersebut bertujuan untuk menguji keberanian dan ketangguhan sang ibu hamil. Mereka percaya bahwa jika ibu hamil bisa hidup dan bertahan di hutan sendirian, maka dia akan melahirkan anak yang sehat dan tidak, dia akan mati bersama bayinya. Untuk proses pengasingannya itu biasanya akan berlangsung selama beberapa bulan hingga sang ibu hamil siap melahirkan. Selain itu juga, sang ibu hamil pun tidak mendapatkan bantuan dari siapa pun. Baca Hidup Nomaden, Suku Kamoro Papua Lekat dengan 3SIa juga harus melahirkan bayinya sendirian di rumah pohon, serta hanya bisa mengandalkan alam sebagai sumber makanan dan obat-obatan. Dia juga harus memotong tali pusarnya sendiri dengan menggunakan bambu atau batu ibu hamil tersebut berhasil melahirkan dengan selamat, maka dia akan membawa bayinya kembali ke pemukiman dan diterima oleh keluarganya. Apabila ia gagal, dirinya akan meninggal di hutan tanpa diketahui oleh orang ini pun dinilai memberikan dampak yang negatif kepada bayi Suku Korowai yang akan lahir. Sebab, banyak ibu hamil yang meninggal akibat komplikasi persalinan, infeksi, perdarahan atau serangan binatang yang lahir juga sangat berisiko mengalami kematian bayi, gizi buruk atau mengalami penyakit menular. Tak berhenti sampai disana saja, pengasingan juga dapat menimbulkan dampak psikologis bagi ibu hamil, seperti kesepian, ketakutan, stres, atau karena itulah, beberapa pihak pun telah berupaya untuk mengubah tradisi Suku Korowai itu agar lebih manusiawi dan sehat. Salah satunya seperti yang dilakukan pemerintah dengan telah membangun puskesmas dan posyandu di beberapa desa, untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ada beberapa LSM dan gereja yang juga telah memberikan edukasi serta bantuan kepada masyarakat Korowai. Hal ini dilakukan terkait dengan perawatan prenatal dan juga persalinan yang aman bagi tonton berbagai video menarik di sini Ketika Masyarakat Panjalu Dilarang Menebang Pohon Berusia 5 Tahun 02 June 2023 151124 Eris Kuswara Jawa Barat - Masyarakat Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat tidak lupa diri karena telah dianugerahkan bisa hidup di lahan yang subur dan dekat belasan mata air. Mereka pun tetap memberikan alam kesempatan untuk memulihkan kondisinya setelah buahnya mereka tanpa alasan, masyarakat Panjalu melakukan hal itu dengan tujuan agar alam tidak murka hingga memberikan bencana yang membahayakan bagi masyarakat. Di sisi lain, masyarakat Panjalu juga memiliki sebuah pesan dari leluhurnya yakni "Titip, jangan sampai Gunung Ciremai dan Gunung Sawal menjadi satu".Bagi masyarakat Panjalu, kalimat itu pun dijadikan sebagai pesan mitigasi bencana dari orang tua zaman dahulu. Selain itu, mereka juga memahami bahwa bencana longsor atau banjir bandang bisa terjadi kapan saja saat mereka tinggal di lembah dua gunung itu. Bencana tersebut pastinya akan membuat ribuan warga yang hidup di sekitarnya akan binasa. Pesan itulah yang tetap mereka pegang teguh dan dipertahakan sampai dengan sekarang. Salah satu jalan yang mereka ambil pun adalah hidup berdampingan dan berbagi dengan informasi, Panjalu sendiri merupakan daerah dengan susunan tanah vulkanis dan rentan lepas. Tak hanya itu saja, kawasan ini juga masuk dalam kategori daerah gerakan tanah menengah tinggi. Oleh karena itulah, pohon berakar besar di kaki gunung pun menjadi andalan warga untuk bisa selamat dari terjangan hujan dan pada 1980-an, saat itu warga sempat lupa mengenai pentingnya menjaga pohon sebagai pelindung hidup. Sehingga membuat pembalakan liar pun terjadi hingga membuat banyak kawasan hutan gundul. Akibatnya, bencana longsor membayangi warga setempat terutama saat musim hujan tiba. Baca Hari Hutan, Jaga KelestarianKala itu, penebangan pohon yang sembarangan di sekitar mata air juga membawa petaka dan membuat belasan mata air mendadak kehilangan fungsinya. Imbasnya, krisis air bersih sampai mengancam masyarakat. Dikarenakan rasa khawatir itulah, mendorong warga di delapan desa di Panjalu mulai berbenah. Mereka sampai membuat aturan ketat yang diberlakukan khususnya untuk penebangan pohon. Adapun salah satu programnya adalah melarang warga untuk menebang pohon berumur kurang dari enam tahun. Tak berhenti sampai disana saja, pohon itu juga baru boleh ditebang setelah warga menanam pohon pengganti berusia 1 3 tahun tergantung jenis pohonnya. Warga juga menolak untuk membeli pohon yang dijual ketika usianya belum mencapai 1 3 tahun dan meminta pembeli untuk itu, perlindungan lebih ketat pun diterapkan di Desa Ciomas dengan menetapkan 10 hektare hutan dari total 800 hektare lahan di desa tersebut. Kepala Desa Ciomas saat itu, Mumu mengatakan penetapan itu dilatarbelakangi keberadaan 19 mata air di dalam hutan."Saat di dalam areal yang tumbuh beringin, pinus, dan albasia itu, maka semua orang dilarang menebang. Bahkan sekalipun pohon yang sudah ambruk dan mati pun, dilarang oleh warga untuk diambil atau dimanfaatkan warga. Konsep itu sendiri ternyata sudah diterapkan orang tua zaman dahulu. Namun dikarenakan adanya desakan ekonomi, hal itu dilupakan tonton berbagai video menarik di sini Ni Thowok, Permainan Putri Kraton Awalnya Digunakan Sebagai Ritual 02 June 2023 071345 Eris Kuswara Yogyakarta - Konon pada zaman dahulu, anak-anak akan berkumpul dan bermain bersama di dalam keputren atau tempat tinggal putri keraton. Tak hanya berasal dari kalangan putri, namun ada juga anak laki-laki putra raja yang belum akil baligh yang juga ikut bermain bersama di itu, kebanyakan permainan yang mereka lakukan itu merupakan permainan orang-orang pedesaan yang berasal dari luar kraton. Namun permainan tersebut masuk ke dalam kraton berkat adanya interaksi yang terbangun antara para putri raja dengan para abdi dalem yang berasal dari kalangan rakyat tidak mengherankan sekali apabila permainan mereka seperti dhakon, gobak sodor, cempa rowo, jaranan, serta cublak-cublak suweng pun sering dijumpai di masyarakat pedesaan. Namun di antara semua permainan itu, ternyata ada satu permainan yang terbilang unik. Namanya Ni dari kebanyakan permainan desa yang dimainkan, permainan yang satu ini justru bernuansa magis. Pasalnya, disebutkan bahwa permainan ini awalnya merupakan sebuah ritual dengan tujuan tertentu, seperti memanggil hujan dan juga untuk pengobatan. Lantas bagaimana sejarahnnya Ni Thowok yang awalnya merupakan sebuah ritual, pada akhirnya bisa berubah menjadi permainan di kalangan putri kraton?Dilansir dari laman permainan yang bisa disebut juga dengan Ni Thowong ini dikenal sebagai permainan anak yang bernuansa magis. Biasanya permainan tradisional yang satu ini akan dimainkan saat bulan purnama, dengan boneka yang terbuat dari tempurung kelapa berbadan anyaman bambu, dan diberi pakaian agar dapat menyerupai pengantin perempuan. Baca Tari Seblang, Tarian Sakral Pemanggil Roh Leluhur dari BanyuwangiBerdasarkan sejarahnya, awalnya permainan ini merupakan ritual bernilai magis yang dimainkan dengan tujuan tertentu seperti pengobatan. Di sisi lain, kultur masyarakat Jawa pada saat itu yang masih memuja roh leluhur juga semakin membuat mereka percaya bahwa boneka Ni Thowok akan dirasuki roh halus. Di tengah permainannya, boneka Ni Thowok ini akan bergerak mengikuti iringan mantra dan tembang yang dilantunkan para pemain. Sementara itu, dalam perjalanan sejarahnya disebutkan bahwa Ratu Timur, yaitu putri Paku Buwono VI 1823-1830 sangat gemar dalam menyelenggarakan permainan Ni Thowok. Namun sayangnya setelah Ratu Timur wafat, permainan itu sempat jarang dimainkan. Akan tetapi pada masa pemerintahan Paku Buwono X 1893-1939, sang putri Ratu Pembayun sangat menyukai permainan ini. Berbeda dengan saat dimainkan anak-anak putri pedesaan, di Kraton permainan ini justru diselenggarakan dengan lebih mewah. Contohnya, boneka Ni Thowok akan didandani dengan pakaian lengkap berupa kain batik tulis dengan riasnya. Lalu, diiringan gamelan milik kraton dan tidak menggunakan musik seadanya seperti yang dimainkan di bernuansa magis, akan tetapi sebenarnya permainan Ni Thowok ini bukan sebuah ritual pemujaan terhadap lelembut atau sejenisnya. Peneliti budaya Jawa dari Yayasan Cahaya Nusantara Yogyakarta, Hangno Hartono mengatakan bahwa permainan ini justru mengajak para penghuni alam lain untuk bergembira bersama. "Karena dalam budaya Jawa itu tidak ada yang namanya istilah menyakiti atau mengganggu sesama ciptaan Tuhan. Kalau pun sekarang ada, itu sebenarnya kata serapan. Karena manusia dan semua makhluk ciptaan Tuhan itu sebenarnya bisa hidup berdampingan, dan bergembira bersama," jelas Hartono sebagaimana dilansir dari tonton berbagai video menarik di sini Mengenal Jemparingan, Seni Panahan Asli dari Yogyakarta 31 May 2023 120627 Eris Kuswara Yogyakarta - Jemparingan dikenal sebagai olahraga panahan khas Kerajaan Mataram yang berasal dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Olahraga panahan yang dikenal juga dengan jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta ini, dapat ditelusuri keberadaannya sejak awal keberadaan Kesultanan pertama Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono I 1755-1792, disebutkan menjadi sosok yang mendorong pengikutnya untuk belajar memanah. Hal itu dilakukan sebagai sarana untuk membentuk watak ksatria. Adapun Watak ksatria yang dimaksud itu adalah empat nilai yang diperintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk dijadikan sebagai pegangan oleh rakyat Yogyakarta, yaitu sawiji atau konsentrasi, greget atau semangat, sengguh atau rasa percaya diri, dan ora mingkuh atau memiliki rasa tanggung pada awalnya, permainan yang satu ini hanya dilakukan di kalangan keluarga Kerajaan Mataram, dan dijadikan sebagai ajang perlombaan di kalangan prajurit kerajaan. Namun seiring berjalannya waktu, seni memanah itu pun kini semakin diminati dan dimainkan oleh banyak orang dari kalangan rakyat ini juga memiliki filosofi yang bertujuan untuk pembentukan watak, salah satunya sawiji. Oleh karena itulah, jemparingan berbeda dengan panahan lain yang berfokus pada kemampuan pemanah dalam membidik target dengan tepat. Selain itu, apabila olahraga panahan biasanya dilakukan sambil berdiri, jemparingan justru dilakukan dalam posisi duduk bersila. Tak hanya itu saja, pemanah jemparingan juga tidak membidik dengan mata. Akan tetapi memposisikan busur di hadapan perutnya, sehingga bidikannya itu didasarkan pada perasaan pemanah. Diketahui, gaya memanah yang dilakukan tersebut juga sejalan dengan filosofi jemparingan gaya Mataram itu sendiri, yakni pamenthanging gandewa pamanthening cipta, atau yang berarti membentangnya busur seiring dengan konsentrasi yang ditujukan pada sasaran yang dibidik. Dalam kehidupan sehari-hari, pamenthanging gandewa pamanthening cipta ini bermakna bahwa manusia yang memiliki cita-cita itu hendaknya berkonsentrasi penuh pada cita-citanya agar dapat tercapai. Sementara itu, jemparingan sendiri berasal dari kata jemparing yang berarti anak hanya itu saja, permainan jemparingan ini juga memiliki nama sendiri untuk perlengkapan yang menyertainya. Jemparing atau anak panah, biasanya terdiri dari deder atau batang anak panah, bedor atau mata panah, wulu atau bulu pada pangkal panah, dan nyenyep atau bagian pangkal dari jemparing yang diletakkan pada tali busur saat untuk busurnya dinamakan gandewa, dan terdiri dari cengkolak atau pegangan busur, lar atau bilah yang terdapat pada kiri dan kanan cengkolak, serta kendheng atau tali busur yang masing-masing ujungnya itu dikaitkan pada ujung-ujung lar. Baca Irama Gejog Lesung Sayup Menggema di YogyakartaSementara untuk sasarannya disebut dengan wong-wongan atau bandulan yang berbentuk silinder tegak dengan panjang 30 centimeter dan berdiameter 3 centimeter. Lalu, sekitar 5 centimeter bagian atas silinder yang diberi warna merah dan dinamakan molo atau sirah kepala. Kemudian untuk bagian bawahnya diberi warnah putih, dan dinamakan awak atau badan. Selanjutnya, pertemuan antara molo dan awak akan diberi warna kuning setebal 1 centimeter dan dinamakan jangga atau leher. Di bawah bandulan akan digantung sebuah bola kecil, dimana pemanah akan mendapat pengurangan nilai apabila mengenai bola ini. Sedangkan di bagian atasnya, digantung lonceng kecil yang akan berdenting setiap kali jemparing mengenai dan jemparing itu dibuat khusus oleh pengrajin yang disesuaikan dengan postur tubuh pemanah, salah satunya adalah rentang tangan pemanah. Penyesuaian ini tentunya sangat diperlukan agar pemanah nantinya merasa nyaman dan dapat memanah dengan optimal. Oleh karena itulah perlengkapan jemparingan akan bersifat pribadi dan sulit untuk jemparingan dilakukan dalam posisi duduk bersila, maka saat memainkannya, seseorang yang memegang busur dan anak panah itu akan duduk menyamping dengan busur ditarik ke arah kepala sebelum ditembakkan ke arah wong-wongan. Pemanah juga harus berusaha mengenai sasaran dengan tepat. Semakin banyak banyak anak panah yang mengenai bandulan, maka semakin banyak pula nilai yang didapatkan. Terlebih lagi jika mengenai molo yang berwarna merah. Meskipun begitu, jangan sampai mengenai bola kecil di bawah bandulan apabila tidak ingin mendapatkan pengurangan nilai. Seiring berkembangnya zaman, jemparingan pun kini mulai mengalami beberapa perubahan. Saat ini, terdapat berbagai cara memanah dan bentuk sasaran yang dibidik. Akan tetapi, semuanya itu juga tetap berpijak pada filosofi jemparingan sebagai sarana untuk melatih konsentrasi. Di sisi lain, beberapa orang juga kini tidak lagi membidik dengan posisi gandewa di depan perut. Namun dalam posisi sedikit miring, sehingga pemanah dapat membidik dengan sebelumnya sempat terancam hampir punah dikarenakan peminatnya yang semakin sedikit, terutama setelah meninggalnya salah satu pendukung jemparingan, Paku Alam VIII. Akan tetapi dewasa ini seni memanah tradisional itu justru digandrungi oleh generasi muda, terutama di lingkungan lingkungan Keraton Yogyakarta, permainan jemparingan juga rutin melaksanakan latihan setiap minggu. Para pemanah, dalam busana khas Jawa, kebaya dan batik untuk wanita, lalu surjan, kain batik dan blangkon untuk kaum pria, akan merentang busur untuk menempa hati, memusatkan pikiran dan konsentrasi untuk sebuah tujuan yang ingin tonton berbagai video menarik di sini Mangenta, Tradisi Suku Dayak Ungkapkan Rasa Syukur Pada Sang Pencipta 30 May 2023 151153 Eris Kuswara Kalimantan Tengah - Bulan April dan Mei menjadi bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh para petani di pedesaan Nusantara. Pasalnya dalam periode itu, hamparan padi di sawah sudah siap untuk masa itu juga seluruh masyarakat desa akan saling gotong royong untuk menuai hasil panen sekaligus juga untuk merayakan rasa syukur atas berkah panen yang satunya seperti yang dilakukan oleh masyarakat suku Dayak yang tinggal di Kalimantan Tengah Kalteng. Diketahui, mereka mempunyai tradisi dalam menyambut panen padi yang diturunkan oleh nenek moyang Dayak sejak zaman dahulu kala. Mangenta yang berupa kegiatan kaum petani dalam mengungkapkan rasa syukur atas dimulainya musim panen padi itu tetap lestari dan terjaga dengan baik hingga saat ini. Disebutkan bahwa masyarakat Dayak pada zaman dahulu, menjaga tradisi mangenta ini dengan tujuan untuk mendahului masa berkembang biaknya hama padi seperti tikus, burung, atau pelaksanaannya, masyarakat pun akan beramai-ramai membuat kenta, makanan khas Dayak Kalteng berbahan dasar ketan. Kenta yang dimasak itu akan disangrai dan ditumbuk dalam lesung. Menariknya lagi, makanan ini hanya disajikan pada momen tertentu, seperti saat upacara adat atau pernikahan suku Dayak Ngaju. Selain itu, tradisi ini dilakukan suku Dayak yang berdiam di Daerah Aliran Sungai DAS Kahayan. Di sisi lain, mangenta juga dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi atau istilah adatnya, prosesi kuman behas taheta atau makan beras baru. Baca Ongkek, Sesaji dalam Ritual Yadnya Kasada yang Penuh dengan MaknaAdapun bahan yang diperlukan untuk membuat kenta diantaranya padi ketan, kelapa muda, gula putih atau gula merah, dan air kelapa muda. Sementara itu, untuk cara membuatnya dimulai dengan menyangrai padi ketan yang sudah direndam dan ditiriskan selama kurang lebih 10 menit dengan api sedang. Setelah itu, padi yang sudah disangrai itu kemudian ditumbuk hingga halus. Sedangkan untuk cara memasak kenta, langkah pertamanya adalah menambahkan air kelapa secukupnya pada kenta yang sudah bersih lalu diamkan selama kurang lebih lima menit. Selanjutkan tambahkan gula pasir atau gula merah, parutan kelapa serta garam secukupnya. Terakhir, aduk semuanya hingga tercampur rata dan diamkan kurang lebih lima menit. Kenta pun siap untuk hanya itu saja, kenta juga dapat diseduh dengan air panas lalu diberi campuran susu. Tekstur kenta yang kenyal dan bercitarasa manis, tentunya membuat olahan yang satu ini akan terasa semakin sayangnya seiring berjalannya waktu, saat ini banyak generasi muda Kalteng bahkan keturunan Dayak sendiri tidak mengetahui tentang tradisi mangenta ataupun makanan kenta. Oleh karena itulah, berbagai upaya untuk mengenalkan tradisi nenek moyang ini bisa dilakukan dengan tidak hanya sekadar varian original saja. Pasalnya penganan tradisional kenta juga bisa menjadi kuliner modern yang digemari semua orang termasuk generasi tonton berbagai video menarik di sini Cara Masyarakat Minangkabau Kumpulkan Dana Melalui Tradisi Badoncek 30 May 2023 070854 Eris Kuswara Sumatra Barat - Tahukah kamu? Masyarakat Minangkabau, khususnya yang tinggal di Padang Pariaman, Sumatra Barat, memiliki tradisi saling gotong royong untuk warganya yang dikenal dengan nama "Badoncek". Tradisi badoncek digelar dengan tujuan untuk mengumpulkan dana dari masyarakat. Nantinya, dana yang sudah dikumpulkan itu akan digunakan demi kepentingan adat, sosial, dan agama. Hal ini tentunya sangat berguna sekali, demi mengatasi persoalan dana yang tidak bisa diatasi secara dari laman dari Antara, berbicara mengenai sejarahnya, tradisi ini lahir karena sebuah falsafah Minang "Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang" yang berarti "berat sama dipikul dan ringan sama-sama harus dijunjung".Dalam pelaksanaannya, biasanya tradisi Badoncek ini dilakukan saat acara halal bihalal atau tepatnya saat para perantau kembali ke kampung halamannya. Para perantau inilah yang kemudian akan bersaing memberikan sumbangan terbaik, sebagai wujud cintanya kepada kampung kegiatan Badoncek sendiri berasal dari kata doncek yang berarti melompat atau melempar. Hal ini di maksudkan agar uang yang diberikan dengan cara melemparkannya ke atas meja itu dilakukan secara terbuka dan disaksikan khalayak untuk istilah canang atau janang, mengacu kepada seseorang yang sangat mahir dalam memainkan kata untuk menarik perhatian para penonton. Selain itu, canang juga kerap menjadi pusat perhatian dalam kegiatan Badoncek. Baca Menguak Misteri Buk Buk Neng, Tradisi Masyarakat Mojokerto dalam Mencari Orang HilangJihan Raffah Syafni dalam "Kearifan Lokal Minangkabau dalam Tradisi Lisan 'Badoncek' di Pariaman" menyebutkan bahwa canang itu harus mampu menarik hati, perasaan dan emosi penonton, agar nantinya sumbangan yang diberikan bisa lebih banyak badoncek ini diadakan pada malam hari, maka biasanya tamu yang masih tersisa adalah kerabat dekat dan masyarakat setempat. Mereka inilah yang nantinya akan terlibat langsung sebagai peserta Badoncek. Dalam pelaksanaannya juga, semakin tinggi status sosialnya, maka semakin banyak uang yang akan terkumpul. Melalui tradisi ini juga akan terlihat prestise sebuah keluarga di tengah masyarakat. Terlebih lagi setelah uang terkumpul, canang juga akan mengumumkan besaran uang yang diperoleh. Dalam sebuah artikel berjudul "Badoncek dalam Tradisi Masyarakat Padang Pariaman Sumatra Barat" disebutkan bahwa masyarakat Minangkabau bisa mengumpulkan uang dalam jumlah nominal yang cukup tetapi, hal tersebut juga tergantung dari keahlian Tukang Janang yang memainkan perannya. Diceritakan pada awalnya Tukang Janang akan memanggil nama warga secara acak. Kemudian nama yang disebutkan itu akan menyumbangkan uang yang seluruh dana berhasil dikumpulkan, dan nantinya akan digunakan untuk membangun masjid hingga membangun sarana dan prasarana lainnya. Selain itu, biasanya tujuan pengambilan dana ini sudah disampaikan terlebih Badoncek ini di dalamnya sangat terlihat sekali semangat kebersamaan, dan nilai gotong royongnya. Di sisi lain, hal ini sebagai wujud hubungan sosial yang erat antar sesama masyarakat khususnya bagi tonton berbagai video menarik di sini Ongkek, Sesaji dalam Ritual Yadnya Kasada yang Penuh dengan Makna 28 May 2023 150127 Eris Kuswara Jawa Timur - Masyarakat Tengger yang tinggal di Jawa Timur, mengenal semacam sesaji yang disebut dengan ongkek. Bagi mereka, ongkek tersebut mempunyai makna filosofis yang mendalam dan tidak bisa dibuat dengan itu, masyarakat Tengger juga mempunyai beragam tradisi dan adat istiadat yang masih dilestarikan dan tetap terjaga hingga saat ini, tak terkecuali juga ritual adat yang rutin satu ritual adat yang biasa dilakukan masyarakat Tengger adalah Yadnya Kasada. Ritual ini dilaksanakan sebagai simbol rasa hormat dan wujud syukur masyarakat Tengger kepada leluhur mereka. Tak hanya itu saja ritual adat ini juga dijadikan sebagai sarana penyucian diri. Dalam ritual adat Yadnya Kasada, terdapat sesaji yang dihadirkan sebagai persembahan kepada leluhur. Ongkek namanya. Sesaji itu menjadi suatu hal yang penting dan tak boleh terlewat setiap momen Yadnya Kasada tiba. Oleh karena itulah, sebelum Yadnya Kasada dimulai, masyarakat Tengger sudah sibuk membuat sesaji ongkek ini akan terdiri dari hasil bumi seperti buah, sayur, dan umbi-umbian. Selain bermakna sebagai wujud rasa syukur, semua yang disediakan oleh masyarakat Tengger itu juga untuk mengenang leluhur mereka, yakni Joko Seger dan Roro Anteng. Baca Cerita Rakyat Dewi Rara Anteng dan Raden Jaka SegerDalam pembuatannya, aneka hasil bumi akan dirangkai dan ditata sedemikian rupa. Bahkan, agar tampak rapi, hasil bumi tersebut disusun menggunakan tian penyangga yang terbuat dari bambu. Hasilnya maka akan jadilah ongkek yang berbentuk melengkung seperti gapura penuh dengan hiasan berwarna-warni hasil jadi, ongkek tersebut akan dibawa warga desa ke Pura Luhur Poten yang berada di kaki Gunung Bromo, tempat di mana upacara dan doa bersama diadakan. Kemudian setelah itu, ongkek akan dibawa lagi ke kawah Gunung Bromo untuk dilarung. Selain itu, ongkek ini juga ternyata tidak boleh dibuat dan dibawa ke Gunung Bromo secara sembarangan oleh warga desa. Sebab, ada aturan yang harus ditaati oleh warga desa, yakni di desa tidak boleh sedang dilanda momen berduka, seperti musibah atau adanya orang yang meninggal dunia menjelang Yadnya Kasada. Sehingga dengan kata lain, desa tersebut harus benar-benar dalam keadaan "bersih".Sementara itu, untuk pelaksanaan Yadnya Kasada pada 2023 ini, rencananya akan dilaksanakan pada 3 5 Juni 2023 mendatang. Di tanggal itu, masyarakat Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo pun dapat kembali melarung ongkek apabila tidak ada duka yang menyelimuti tonton berbagai video menarik di sini
Muncang yang bisa digunakan dalam permainan adu muncang Ngadu muncang atau adu muncang adalah permainan tradisional Sunda. Muncang adalah kemiri dalam bahasa Sunda. Permainan ini tidak hanya disukai oleh anak-anak, orang dewasa pun banyak yang gemar bermain adu muncang. Bahkan pada zaman dahulu, permainan ini dimainkan oleh raja.[1] Muncang yang digunakan biasanya muncang yang memang untuk aduan dan berwarna kehitaman. Alat yang digunakan dalam permainan ini tergolong mudah didapat. Hanya sebatang bambu yang dibelah sebagai alat penjepitnya dan benda keras seperti batu untuk memukul. Tentu alat yang paling utama adalah muncang itu sendiri. Biasanya seorang pemain memiliki lebih dari 1 muncang yang dijadikan jagoan dalam bermain. Cara bermain[sunting] 1. Kedua pemain menyiapkan muncangnya masing-masing. 2. Pemain melakukan suten untuk menentukan posisi muncang. Pemenang suten berhak memilih apakah muncangnya mau berada diatas atau dibawah. 3. Setelah pemenang menentukan posisi muncangnya, pemain yang kalah meletakkan muncangnya. Posisi muncang disusun secara vertikal, kemudian dijepit dari atas menggunakan bambu yang sudah dibelah.[2] 4. Setelah kedua muncang tetap pada posisinya, salah satu pemain atau pengadil memukulkan batu tepat kebambu yang dibawahnya terdapat muncang. Muncang yang masih utuh saat dipukullah yang menjadi pemenangnya. Sedangkan muncang yang hancur dinyatakan kalah. Jika pada pukulan pertama kedua muncang sama-sama kuat, maka muncang akan dipukul terus sampai salah satunya hancur. Referensi[sunting] ↑ Amiruddin, F. 2023. Sejarah Adu Muncang Kegemaran Raja hingga Sanksi Penggal Leher Kuda. detikjabar Diakses pada 29 April 2023, dari ↑ Pratama, B. E. 2023. 7 Permainan Tradisional Khas Jawa Barat, Kalian Pernah Coba?. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Diakses pada 29 April 2023, dari
permainan tradisional ngadu muncang